US & GLOBAL
• Bursa saham AS berhasil menguat dan tercatat sebagai kenaikan beruntun dalam 7‐sesi terakhir, meskipun volume perdagangan cukup rendah
yang menandakan minimnya kepercayaan investor bahwa rally tajam bursa dalam 5‐bulan terakhir ini akan terus berlanjut. Sementara itu laporan
penjualan McDonald's yang positif mendongkrak optimisme pada consumer spending yang kemudian turut menyokong penguatan Dow Jones
dalam sesi perdagangan dengan volume paling rendah sepanjang 2011, dimana total volume perdagangan sekitar 17% di bawah rata‐rata
perdagangan harian 2010 lalu. Pelemahan pada saham‐saham energi membatasi berlanjutnya kenaikan indeks S&P500 dan Nasdaq setelah
langkah Cina yang menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya dalam 6‐pekan terakhir. Langkah tersebut menekan saham‐saham komoditas karena
mencuatkan kekhawatiran turunnya permintaan Cina pada komoditas dunia. Indeks Dow Jones <. DJI> naik 71,52 poin atau 0,59% ke 12,233.15,
indeks S&P500 <. SPX> naik 5,52 poin atau 0,42% ke 1,324.57 dan Nasdaq <. IXIC> naik 13,06 poin atau 0,47% ke 2,797.05.
• Menguatnya minat investor terhadap mata uang beresiko berhasil mengangkat performa euro baik terhadap dollar AS maupun terhadap Swiss
franc. Kinerja euro juga terdongkrak maraknya aksi beli dari bank sentral negara‐negara kawasan Asia. Investor melepas Aussie dollar dan
mengalihkannya pada euro dan mata uang lain setelah langkah PBOC (People Bank of China) yang menaikkan suku bunga acuan menjadi 6.06% dan
suku bunga deposito menjadi 3%, kondisi mana meningkatkan kekhawatiran akan berkurangnya permintaan komoditas dari Cina. Aussie dollar
merupakan mata uang yang paling sensitif terhadap kebijakan suku bunga Cina menyusul posisi Australia sebagai pemasok terbesar komoditas
China.
• Aussie dollar sempat melemah terhadap dollar AS setelah pengumuman kenaikan suku bunga Cina, namun berhasil kembali menguat pada sesi
New York dan ditutup naik 0,2% ke level 1,0147. Rendahnya permintaan dalam penjualan obligasi AS berdampak negatif terhadap kinerja dollar.
Imbal hasil obligasi AS turun dalam 7‐sesi berturut‐turut setelah rendahnya minat investor pada lelang obligasi AS dengan tenor 3‐tahun senilai 32
miliar USD. Dollar AS melemah 0.1% terhadap basket of currencies ke 77,956 <DXY.> dan tercatat melemah 0,02% terhadap yen <JPY=> ke 82,33.
Sementara itu euro <EUR=> ditutup menguat 0,3% terhadap dollar AS ke 1,3632 sebagai dampak dari aksi ambil untung pelaku pasar dari
penguatan dollar AS dalam 4‐sesi terakhir. Terhadap Swiss franc <EURCHF=>, euro naik 1,1% ke level 1,3122 franc.
• Emas naik 1% pada sesi Selasa 09 Februari mencapai level tertinggi dalam kurun 3‐pekan terakhir seiring kekhawatiran akan tekanan inflasi dan
setelah emas berhasil menembus level teknis penting (moving average 100‐day). Sementara itu kenaikan suku bunga China untuk kedua kalinya
dalam 6‐pekan terakhir memberikan keuntungan bagi kinerja emas secara luas sebagai lindung nilai inflasi. Harga spot emas <XAU=> naik 0,9%
kelevel 1,362.90 USD per troy ounce.
• Harga minyak mentah Brent London naik mendekati 100 USD per barel pada Selasa seiring kekacauan politik di Mesir yang meningkatkan
kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan minyak kawasan tersebut, sedangkan harga minyak mentah AS berakhir melemah tipis dalam sesi
perdagangan yang volatile. Di London, harga ICE minyak mentah Brent untuk Maret <LCOc1> naik 67 sen ke level 99,92 USD per barel, setelah
mencapai level 100,42 USD. Harga minyak mentah AS untuk pengiriman Maret <CLc1> turun 54 sen ke 86,94 USD per barel.