title cover

title cover

Friday, April 15, 2011

Headline News 15.04.11

US & GLOBAL 
• Mayoritas bursa saham utama dunia dan dolar AS tergelincir pada hari Kamis akibat terdorongnya kembali dominasi kekhawatiran
perlambatan ekonomi global di kalangan investor oleh krisis utang Yunani, inflasi Cina dan rilis pesimis data pekerjaan AS. Akibatnya
aset‐aset safe‐haven seperti obligasi dan emas kembali diburu. Belakangan ini para investor senantiasa memindahkan dana mereka
pada aset beresiko dan aset safe‐haven karena belum jelasnya arah perekonomian global.
 

• Pelaku pasar juga menurunkan skala ekspektasi untuk pertumbuhan ekonomi global akibat kenaikan input cost. Sementara lemahnya
dolar AS memicu kembali kenaikan harga minyak.
 

• Indeks saham dunia, yang tergabung dalam indeks MSCI turun 0,1%, meskipun gejolak aktifitas korporasi saat ini bisa saja mengangkat
kembali sentiment investor. Sepanjang tahun 2011 berjalan, indeks tersebut masih terakumulasi naik 4,1%. Indeks saham Eropa
<.FTEU3> berakhir turun 0,6%. Sementara indeks saham Wall Street berakhir sedikit berubah dari sesi Rabu sebelumnya, meredam
tekanan di sesi awal terdorong oleh aksi beli saham‐saham sektor konsumsi dan energi di akhir sesi. Masih berbedanya pandangan di
antara investor, terhadap kondisi bisnis dan perekonomian, menyebabkan bursa saham diperdagangkan dalam kisaran sempit, yang
oleh para analis diproyeksikan akan bertahan dalam beberapa minggu ini.
 

• Tekanan di sesi awal pada bursa Wall Street dan Eropa Kamis kemarin dipicu oleh sebuah laporan yang mengatakan bahwa inflasi Cina
akan kembali terakselerasi setelah melambat belakangan ini. Stasiun televise Phoenix di Hong Kong, mengutip sumber yang tidak
disebutkan namanya, mengatakan tingkat inflasi tahunan China Maret (yang akan dirilis pagi ini) nampaknya akan mengalami ekspansi
5,3% hingga 5,4% ‐ melampaui hasil polling Reuters. Investor khawatir tentang inflasi Cina yang biasanya akan memicu kenaikan suku
bunganya sebagai upaya pemerintah untuk meredamnya – ini akan beresiko bagi kondisi ekonomi global yang baru saja mencoba
bangkit. Lonjakan data cadangan devisa dan money supply Cina yang telah dirilis sebelumnya, juga turut mengipasi kekhawatiran akan
agresifitas Cina dalam meredam gejolak inflasinya.
 

• DI saat investor resah atas perlambatan global dan kenaikan inflasi, ekonom dalam jajak pendapat terbaru Reuters memprediksi
pertumbuhan dunia 4,2% di tahun ini dan 4,3% pada tahun 2012, tidak berubah sejak jajak pendapat Januari.
 

• Bursa saham tertekan setelah yield obligasi Yunani melambung, setelah meningkatnya kembali antisipasi pasar mengenai besarnya
kemungkinan bahwa pemerintah Yunani akan didesak untuk merestrukturisasi utangnya. Yield obligasi Eropa lainnya juga meningkat
tajam. Setahun lalu, memburuknya masalah utang negara Eropa menahan pemulihan global dan memaksa Bank Sentral Eropa
mempertahankan tingkat bunganya di level rendah untuk waktu lebih lama dari yang diduga.
 

• Selain Eropa, persoalan Jepang akibat gempa dan tsunami besar yang memicu krisis nuklir, juga menjadi kekhawatiran lainnya bagi
pasar. Survei Reuters Tankan dari 400 perusahaan besar pada hari Kamis kemarin menunjukkan bahwa gangguan listrik akibat
lumpuhnya PLTN Jepang memukul hampir 60% perusahaan‐perusahaan lokal, mengganggu produksi dan rantai pasokan.
 

• Di Amerika Serikat, kenaikan yang mengejutkan pada klaim pengangguran menimbulkan keraguan atas pemulihan di pasar tenaga kerja.
Hal ini memicu tekanan terhadap dolar AS dan kian meyakinkan pelaku pasar bahwa The Fed AS masih akan mempertahankan program
– padahal minggu lalu ECB sudah mulai melakukan normalisasi kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga dalam rangka
meredam inflasi. Indeks dolar AS <DXY.> turun 0,4%, menyentuh level terendah selama 16 bulan, di 74,617. Lemahnya dolar AS
mendukung kembali kenaikan harga minyak meskipun ada kekhawatiran terhadap lemahnya demand jika perekonomian dunia
melambat. Harga minyak US <CLc1> melonjak di atas areal $108/barel. Tapi di London, Brent kontrak Mei <LCOK1> mentah berakhir
turun 52 sen pada $122,39. Harga emas <XAU=> naik lebih dari 1% ke atas areal $1,470an/troy ounce.



GOLD & COMMODITIES
 

• Emas naik 1 persen dan silver meningkat Kamis lalu, karena kombinasi dari pelemahan dollar AS, crude oil naik dan mengemukanya
kembali kekhawatiran sovereign debt Yunani yang mendorong bullion/emas naik $10 dibawah rekor tertingginya.
 

• Emas mendapat dorongan dari kekhawatiran inflasi yang dipicu oleh data yang menunjukkan kenaikan core producer prices AS bulan
Februari, dan karena menguat dari ekspektasinya jobless claims yang menekan dollar AS.
 

• Silver naik 1.5 persen menuju level tertingginya dalam 31‐tahun karena penguatan investment buying, yang membawa rasio gold/silver
untuk melemah sebelumnya.
 

• "The combination of higher oil prices, weaker dollar and the resurrection of discussions of Greek sovereign risk problems has galvanized
the gold market. It's particularly impressive because we ran into selling above the market yesterday," ucap James Steel, kepala
commodity analyst pada HSBC.
 

• Spot gold <XAU=> naik 0.9 persen ke level $1467,81 per ons pada pukul 11:28 a.m. EDT (1528 GMT), dalam jarak level tertinggi yang
pernah dicatatkannya $1476,21 yang terjadi Senin lalu. U.S. gold futures untuk pengiriman bulan Juni <GCM1> naik $13.80 ke level
$1469,40 per ons.
 

• Silver <XAG=> melejit 1.6 persen ke level $41.28, yang mendekati level tertingginya dalam 31‐tahun $41.93 per ons.
 

• Untuk platinum group metals, platinum <XPT=> naik 0.4 persen ke level $1775,75, sementara itu palladium <XPD=> menguat 0.1 persen
ke level $761.72.

China growth sizzles, inflation bubbles

BEIJING | Thu Apr 14, 2011 10:47pm EDT
BEIJING (Reuters) - China's turbo-charged growth eased just a touch in the first quarter, while its inflation jumped to a 32-month high, putting pressure on the government to do more to rein in prices and keep the economy on an even keel.

China's gross domestic product increased by 9.7 percent in the first quarter from a year earlier, down from 9.8 percent in the final three months of 2010 but ahead of an expected 9.5 percent pace.
Consumer price inflation sped to 5.4 percent in the year to March, the fastest since July 2008 and topping market forecasts for a 5.2 percent increase.

Taken together, the data published by the National Bureau of Statistics on Friday showed that the world's second-largest economy was still sizzling, little hindered by the central bank's half-year tightening campaign that many investors had feared would undermine growth.

"The economic figures in the first quarter are strong, but still within market expectations. I don't think the economy faces risks of overheating, and the growth momentum will slow down in coming months," said Wang Jin, an analyst with Guotai Junan Securities in Shanghai.

"The central bank will stick with its tightening stance, and we expect more increases in reserve requirements and interest rates," he added.


The People's Bank of China has increased benchmark interest rates four times since last October and has required the country's big banks to lock up a record high of 20.0 percent of their deposits as reserves.
Inflation had long been expected to run higher in March because of a lower base of comparison. It is likely to register another jump in June and July for the same reason, with officials confident that it will wane in the second half of the year.

Accepting this relatively sanguine view, many economists had thought that the central bank was near the end of its tightening cycle. The median forecast of Reuters poll last week was for just one more interest rate increase over the rest of this year.

But with growth still cruising near double-digits, the scope for the government to continue tightening may be bigger than previously anticipated.

Signaling a potentially hawkish stance in the coming months, Premier Wen Jiabao said this week that the government would use all tools at its disposal to wrestle inflation under control.

"We will try every means to stabilize prices, the top priority of our economic controls this year and also our most pressing task," Wen said at a cabinet meeting.