US & GLOBAL
• Harga minyak menderita penurunan terbesar selama 11 bulan untuk basis 2 harian, dibarengi dengan kejatuhan bursa saham pada hari Selasa
kemarin di tengah kembali munculnya kekhawatiran tentang prospek pemulihan ekonomi global serta adanya warning dari Goldman Sachs
bahwa harga minyak dunia (brent crude oil) akan mengalami tekanan dari penguatannya – ke level $105 dalam beberapa bulan ke depan dari
areal puncaknya di $127an Senin lalu. Harga minyak mentah yang diperdagangkan di New York turun lebih dari 3% dan sekaligus mengakumulasi
penurunannya sebesar 5,8% sejak Jumat lalu. Sementara lembaga energi dunia (IEA) mengatakan bahwa tingginya harga minyak/bahan bakar
energi justru akan menekan demand‐nya di pasar dunia.
• Indeks bursa saham dunia, yang diukur dalam indeks MSCI turun 1,3%, merupakan terbesarnya selama 4 minggu terakhir untuk basis harian.
Kekhawatiran atas prospek pemulihan ekonomi global kembali meningkat setelah menteri ekonomi Jepang memperingatkan bahwa kerusakan
yang disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami besar bulan lalu bisa lebih buruk dari yang diduga. Pernyataan dari otoritas Jepang yang
mensejajarkan keparahan kebocoran radiasi di PLTN Fukushima dengan bencana nuklir terburuk dunia, di Chernobyl, juga menekan sentimen.
• Pasar semakin menjadi prihatin dengan situasi di Jepang sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, dan oleh karenanya harga
minyak dan harga komoditas yang tinggi pada akhirnya akan memperparah tekanan ekonomi. Saham AS berakhir lebih rendah setelah angka
pendapatan mengecewakan dari produsen aluminium Alcoa Inc, komponen Dow yang menandai awal musim pendapatan triwulanan dengan rilis
setelah pasar tutup pada hari Senin. Saham Energi memimpin penurunan pada indeks S&P500. Sub‐Indeks energi S&P <. GSPE>, top performer
pada kuartal pertama, turun 3% Selasa kemarin. Sub‐indeks tersebut telah memimpin penguatan di bursa Wall Street sedemikian lama mengikuti
kenaikan harga komoditas dan optimisme pertumbuhan ekonomi global kala itu. Jadi saat harga komoditas mulai berguling, maka bursa saham
pun mengikuti.
• Indeks FTSEurofirst 300 <. FTEU3> saham top Eropa tergelincir 1,7%, yang juga dipimpin oleh saham‐saham energy dan pertambangan. Bursa
saham di negara‐negara berkembang, yang mengandalkan eksportir sumber daya alam, jatuh 1,9%.
• Brent <LC0c1> minyak mentah jatuh $3,06 untuk menetap di $120,92 per barel. Kontrak Mei Brent berakhir pada hari Kamis. Harga minyak
mentah di pasar AS tipe kontrak bulan Mei <CLc1> jatuh hingga areal $106/barel. Kekhawatiran terhadap rusaknya demand di sektor ini
menyebabkan tekanan di pasar. Pasar pun meragukan level kenaikannya belakangan ini tidak akan lestari. Harga emas di pasar spot <XAU=>
turun dari rekor tinggi Senin sementara perak <XAG=> merosot dari level tertinggi selama 31 tahun yang dicapai sehari sebelumnya. Reuters‐
Jefferies CRB index <.CRB>, patokan komoditas global, jatuh sekitar 2% dalam penurunan tertajamnya selama 1 bulan untuk basis harian akibat
harga bahan baku mengalami tekanan dari sell off‐nya minyak.
• Arus safe‐haven meningkat dan memicu kenaikan harga obligasi di pasar Treasury AS serta menguatkan nilai tukar yen dan Swiss franc – karena
para investor yang mulai gelisah melakukan aksi jual aset‐aset beresiko mereka yang didanai dengan meminjam mata uang ber‐yield rendah.
Carry Trade ini nampaknya demikian marak, terutama yen terhadap mata uang dunia – sehingga membuatnya berfluktuasi cukup besar kemarin.
Yen bergerak ke level terkuatnya selama 1,5 minggu terhadap dolar AS di 83.47, meskipun geraknya ke depan kemungkinan akan diatasi oleh
sikap BoJ yang menjaga kebijakan moneter yang longgar untuk membantu pemulihan ekonomi. Dolar melemah 1,2% ke level terendahnya
selama lebih dari 3 minggu terhadap Swiss franc <CHF=EBS> di 0,8943.
• Sementara euro masih perkasa dengan melanjutkan kenaikan ke level tertinggi 15 bulan terhadap dolar di atas 1,45, didorong oleh laporan aksi
beli dari China dan berita bahwa Cina, ekonomi terbesar kedua dunia, bersedia untuk membeli lebih banyak obligasi Spanyol.
• Komentar lunak dari pejabat penting Federal Reserve AS menekan sentimen dolar. Adalah Janet Yellen dan William Dudley yang kemarin
mengatakan bahwa bank sentral AS harus tetap berpegang pada kebijakan moneter yang super‐longgar karena inflasi bukan merupakan
ancaman dan tingkat pengangguran masih terlalu tinggi. Indeks dolar AS <. DXY>, yang merupakan indeks dollar terhadap sejumlah mata uang
utama dunia, turun hingga level terendah sejak Desember 2009, di 74,704.
GOLD & COMMODITIES
• Emas anjlok 1 persen Selasa lalu, yang mencatatkan penurunan terbesarnya dalam satu bulan, karena penurunan tajam pada minyak mentah
mengikuti perkiraan bearish dari Goldman Sachs yang menekan metal kedepannya dari level tertingginya.
• Bullion/emas juga melemah setelah data menunjukkan defisit perdagangan AS merosot bulan Februari, suatu pertanda dari melambatnya
permintaan global. Emas telah menguntungkan dalam beberapa bulan karena rally pada oil dan gandum yang memicu kekhawatiran inflasi.
• Silver melemah dari level tertingginya Senin lalu dalam level tertingginya 31‐tahun.
• "That (Goldman report) has given enough reasons for investors to trim their positions, in particular for those markets that have gone parabolic.
That's enough to cool enthusiasm for commodities at the moment," ungkap Mark Luschini, kepala investment strategist pada broker‐dealer
Janney Montgomery Scott dengan $53 milyar assets under management.
• Tetapi dia menambahkan: "I don't think this is the end of the commodity bull market."
• Spot gold <XAU=> turun 1 persen ke level $1451,40 per ons hingga pukul 11:46 a.m. EDT (1546 GMT), yang pada awalnya telah sempat mencapai
level terendahnya dalam satu minggu level $1443,49. Senin lalu, emas mencapai level tertingginya $1476,21.
• U.S. gold futures untuk pengiriman bulan Juni <GCM1> merosot 1.1 persen ke level $1452,60 per ons, dengan volume perdagangan rebound
setelah melambat dari aktivitas normal pada beberapa hari sebelumnya.
• Silver <XAG=> membalikkan kenaikan pada awalnya untuk diperdagangkan turun 0.5 persen ke level $39.97 per ons, dan sekitar 5 persen
dibawah level tertingginya dalam 31‐tahun Senin lalu level $41.93.
• Di antara platinum group metals, platinum <XPT=> melemah 0.3 persen ke level $1774,49 per ons, sementara itu palladium <XPD=> turun 1.7
persen ke level $768.