title cover

title cover

Wednesday, April 17, 2013

Headline News 17.04.13


US & GLOBAL
Harga minyak mentah Brent turun dibawah $100 per barel pada hari Selasa yang untuk pertama kalinya dalam 9 bulan terakhir menyusul  berlanjutnya concern terhadap kondisi ekonomi global telah menekan prospek permintaan minyak, sementara harga emas dan saham AS  rebound pasca koreksinya belakangan ini. 

Adapun tertekannya harga komoditas dan saham yang terjadi belakangan ini terlihat dipicu oleh rilis buruk data ekonomi Cina dan AS yang  mana telah menambah kekhawatiran terhadap kekuatan pemulihan ekonomi global. Kondisi ini telah berlanjut menekan harga minyak,  dengan Brent crude <LCOc1> turun 72 sen di $99,91 per barel, sedangkan U.S. crude <CLc1> berhasil rebound dari koreksi awalnya untuk  ditutup di $88,72, atau naik 1 sen. 

Bursa saham AS naik lebih dari 1%, didukung oleh earnings kuat dari sejumlah perusahaan besar AS dan juga ekspektasi The Fed akan  terus melanjutkan stimulusnya. 

Emas  juga  berhasil  rebound  pasca  koreksi  tajamnya  lebih  dari  8%  di  hari  Senin  sebelumnya.  Harga  emas  awalnya  melanjutkan  penurunannya ke $1321,35 per ons, sebelum akhirnya berbalik menguat 1,5% ke $1372,90. Emas telah merosot sekitar 20% sepanjang  tahun ini setelah mencatat keuntungan beruntun selama 12 tahun dan turun sekitar 28% dari rekor tertinggi bulan September 2011 di  $1920,30  per  ons.  Ada  sejumlah  faktor  yang  memicu  koreksi  emas  belakangan  ini,  diantaranya  banyak  investor  melepas  emas  dan  mengalihkan  investasinya  dan  kemungkinan  bahwa  bank  sentral  lainnya  di  Eropa  akan  menggunakan  rencana  bailout  Siprus  dengan  menjual cadangan emasnya yang berlimpah sebagai alasan untuk mengurangi kepemilikan mereka. 

Data semalam menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) turun di bulan lalu, memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan  kebijakan stimulus ekonominya. Kebijakan moneter ultra longgar dari The Fed telah menjadi salah satu motor penggerak penguatan bursa  saham tahun ini. 

Sejumlah  laporan  earnings  yang  optimis  juga  turut  mendukung  naiknya  harga  saham  Wall  Street.  Coca‐Cola  <KO.N>  melaporkan  perolehan laba yang lebih baik dari perkiraan yang mendorong naiknya saham perusahaan tersebut lebih dari 5% ke level tertinggi sejak  1998. Sementara saham Johnson & Johnson <JNJ.N> mencatat rekor tertinggi di $83,50, setelah perusahaan sektor kesehatan tersebut,  yang merupakan komponen Dow, melaporkan earnings kuartalannya yang mengagumkan. 

Dow Jones industrial average <.DJI> naik 157,58 poin atau 1,08% ke 14756,78. Sedangkan Standard & Poor's 500 Index <.SPX> naik 22,21  poin atau 1,43% ke 1574,57. Sementara Nasdaq Composite Index <.IXIC> naik 48,14 poin atau 1,50% ke 3264,63.   

Sementara data lain menyebutkan industrial production AS melemah di bulan Maret, sedangkan building permits juga turun. Namum data  yang  dirilis  awal  tahun  ini  menunjukkan  peningkatan  yang  memperkuat  indikasi  terjadinya  akselerasi  pada  pertumbuhan  ekonomi  di  kuartal pertama, meskipun laporan terkini menunjukkan pemulihan tidak terlalu menggembirakan menjelang musim semi. 

Indeks saham global dalam MSCI naik 0,7%. Sementara indeks saham Eropa, FTSEurofirst 300 <.FTEU3>, ditutup melemah 0,7% setelah  rilis mengecewakan data indeks ZEW Jerman dan update lemah dari grup elit LVMH <LVMH.PA>

Pasar uang juga berbalik melemah, dengan yen anjlok terhadap dolar dan euro, membalik kenaikan tajamnya hari Senin. Dolar menembus  level intraday high di 98,15 yen, dan tercatat naik 0,8% di 97,54 yen. Euro menguat 2,2% ke 128,53 yen, pasca menembus level puncaknya  di 128,99 yen. 


GOLD & COMMODITIES
Emas mengalami recovery Selasa lalu setelah pembelian emas secara fisik meningkat padah pelemahan harga mengikuti anjloknya harga  Senin lalu secara historis, tetapi pasar mengalami permasalahan dari mempertahankan kenaikan dan terdapat sedikit confidence bahwa  aksi jual emas masih dapat berlanjut lagi. 

Emas memperluas penurunan dalam dua tahunnya ke level terendah sehari sebelum bertahan lagi. Aksi jual emas yang tejadi dalam dua  harinya berturut‐turut mendorong investor untuk menilai penurunan status emas sebagai lindung nilai inflasi dan depresiasi mata uang. 

"I'm selling into the rally and waiting to figure out what's going on," kata Charles Gradante, co‐founder dari The Hennessy Group, yang  berinvestasi dalam hedge funds.  

"The question is where's gold going from here. Now this could be a 'dead cat bounce' we're getting today," Gradante menambahkannya.  



OIL & COMMODITIES
Brent  crude  oil  pun  tertekan  ke  bawah  level  psikologis  $100/barel  untuk  pertama  kalinya  selama  9  bulan  pada  Selasa  kemarin.  Selain  mengikuti  tekanan  di  pasar  komoditas,  terutama  emas  dalam  hal  ini,  tekanan  minyak  juga  dipicu  oleh  meningkatnya  kekhawatiran  terhadap demand menyusul lemahnya rilis data‐data ekonomi AS dan Cina (konsumen minyak terbesar dunia) belakangan ini. 

Selain itu gempa besar di Iran yang berkekuatan antara 7,5‐7,8 SR, terbesarnya selama 40 tahun, yang terus mengundang korban jiwa,  menjadi kekhawatiran sendiri terhadap gangguan supply minyak, sehingga membatasi tekanannya. 

Sementara  potensi  pengurangan  pasokan  maupun  produksi  minyak  dari  anggota  OPEC  dapat  membatasi  tekanan  lebih  lanjut,  atau  mungkin  bisa  mendukung  rebound.  Harga  Brent  crude  oil  di  bawah  $100/barel  dirasa  menyulitkan    sejumlah  anggota  OPEC  untuk  membiayai pengeluaran masing‐masing yang didanai dari pendapatan dari minyak.  

Di sesi awal Selasa kemarin, emas merosot hingga ke level terendahnya selama 2 tahun, di $1322,43, dan Brent crude oil tertekan lebih  dari $2 ke level terendahnya sejak Juli 2012, di sekitar level $98/barel. Namun rebound emas kembali mencoba ke areal $1400 mendorong  Brent crude bangkit kembali ke areal 99,60 di sesi NY semalam. 

Sementara  harga  Crude  oil  berjangka  tipe  kontrak  Mei  <CLc1>  sempat  tertekan  mendekati  level  $86.00,  terendahnya  sejak  Desember  2012, sebelum kemudian rebound kembali ke atas $88/barel di sesi NY semalam. 

Sementara  sejumlah  pengamat  pasar  masih  memproyeksikan  tekanan  masih  potensial  berlanjut  untuk  harga  minyak  dalam  jangka  menengah  ini  menyusul  kekhawatiran  demand  global  dari  kondisi  fundamental  global  saat  ini.  Prospek  ini  juga  didukung  oleh  pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun depan dari IMF kemarin, akibat pemangkasan spending AS  dan krisis Eropa.

EURO ZONE
Tekanan inflasi melemah kedepannya pada bulan Maret dalam 17 negara‐negara yang menggunakan euro, didorong oleh tren yang menurun terus dalam  harga energi, data dari lembaga statistik Uni Eropa menunjukkannya.  

Inflasi  tahunan  zona  euro  melemah  menjadi  1.7  persen  pada  Maret,  level  terendahnya  sejak  Agustus  2010,  Eurostat  menungkapkannya,  dibandingkan  dengan target European Central Bank yang dekat tetapi tidak diatas 2 persen.  

Komisi Eropa akan mengusulkan pembayaran "frontloading" untuk Siprus dari bujet Uni Eropa sehingga alokasi untuk tujuh tahun berikutnya dibayar awal  untuk memberikan dorongan terhadap ekonomi, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso mengatakannya.  

Dalam surat untuk Presiden Siprus Nicos Anastasiades, Barroso mengatakan Komisi juga akan menawarkan Nicosia tarif pre‐financing yang lebih tinggi dan  menggali kemungkinan naiknya ukuran dari dana yang siap disetujui untuk Siprus dalam bujet Uni Eropa tahun 2014‐2020.  

"With a view to delivering an impact on the ground as soon as possible I would propose to explore with the budgetary authority the possibility of frontloading  future (EU budget) assistance for Cyprus," Barroso mengatakan dalam suratnya.  

Analis  Jerman  dan  sentimen  investor  turun  tajam  pada  bulan  April,  tertekan  oleh  kekhawatiran  memburuknya  krisis  zona  euro  dan  perlambatan  global,  dipimpin oleh pelemahan oleh Cina, dapat membawa besarnya hambatan pada negara dengan perekonomian terbesar di Eropa itu. 


U.K.
Sterling menembus level terendah 4 pekan terhadap euro pada hari Selasa dan nampaknya masih akan rentan tekanan menyusul prospek ekonomi Inggris yang masih  rapuh. 

Data menunjukkan inflasi Inggris masih tinggi di bulan Maret, dengan CPI tahunan masih sebesar 2,8%, level terkuatnya sejak Mei tahun lalu. 

Sementara tingginya inflasi kemungkinan tidak akan mencegah BoE untuk melanjutkan pelonggaran moneternya di bulan‐bulan mendatang, dan kondisi ini berpotensi  menekan pertumbuhan ekonomi. 

Data Product Domestik Bruto kuartal pertama Inggris pekan depan akan dicermati pasar untuk melihat apakah ekonomi Inggris kembali tergelincir kedalam resesi. 

Euro naik ke 0,8602 pound, level tertingginya sejak 15 Maret. Euro menguat akibat maraknya permintaan dari bank sentral dan imbas dari penguatannya terhadap  yen pasca berhasil rebound dari koreksi tajamnya pada hari Senin sebelumnya. 

Terhadap dolar, sterling mencatat intraday high di $1,5379 dan menjauhi level terendah hari Senin di $1,5269 ketika buruknya data ekonomi Cina mengangkat mata  uang aman resiko seperti yen dan dolar. Namun sterling masih berada di bawah level puncak pekan lalu di $1,5412, level tertingginya sejak 20 Februari. 

Bank  of  England  minutes  juga  akan  dicermati  pada  hari  Rabu  ini  untuk  melihat  apakah  program  quantitative  easing  (QE)  akan  ditingkatkan  untuk  mendorong  pertumbuhan ekonomi, dimana akan berdampak negatif pada sterling. 

Investor juga akan fokus pada data pekerjaan dan penjualan ritel pekan ini untuk melihat apakah ekonomi dapat menghindari resesi. 



JAPAN
Koreksi USDJPY dan EURJPY maupun mata uang global lainnya terhadap yen tertahan Selasa kemarin dan rebound menyusul redanya koreksi tajam emas sehingga meredam  demand terhadap safe‐haven yen. 

Koreksi tajam mata uang global terhadap yen Senin lalu dipicu oleh tekanan jual aset‐aset beresiko yang dibeli dari pinjaman murah yen (carry trade). Kekhawatiran ekonomi,  menyusul lemahnya data ekonomi AS dan Cina belakangan ini menjadi salah satu faktor yang memicu koreksi tersebut. 

Selain itu sejumlah isu penting lain telah berkembang hari Senin tersebut yang memicu tekanan jual aset‐aset beresiko dan mata uang global terhadap yen, yakni sell‐off emas  sejak akhir pekan kemarin, yang salah satu alasan utamanya adalah fund outflow dari komoditas emas oleh sejumlah institusi perbankan Eropa menyusul rencana bailout Siprus  dengan menjual kelebihan cadangan emasnya.     

Di tahun 2013 berjalan ini, harga emas telah tertekan 20% dan dari rekor tertingginya di $1920,30 (September 2011) harga emas sudah terkoreksi 28%. Dan sejak penutupan  Kamis (11/April) pekan lalu, di 1561,00, harga emas sudah tertekan sekitar 15% ke level terendahnya selama lebih dari 2 tahun, di 1322,43 di sesi Asia Selasa kemarin. Pasca  menembus support kuat di sekitar $1520 pada Jumat lalu, para analis masih memproyeksikan kelanjutan penurunan emas ke depannya. Untuk saat ini nampaknya pelaku pasar  emas meredam peran safe‐haven emas sehingga kondisi ketidakpastian ekonomi serta politik dan keamanan global, dapat menekan harga emas bersamaan dengan tekanan aset‐ aset beresiko lainnya. Namun di sisi lain, masih perlu diwaspadai peran emas sebagai inflation‐hedging, di tengah agresifnya pelonggaran moneter global. Jika dominan kembali,  isu ini dapat menahan koreksi emas atau bahkan mendorong rebound‐nya kembali. Support emas untuk saat ini ada di $1300,55/ons. 

Sementara  penguatan  mata  uang  global  atas  yen masih  potensial  berlanjut  seiring  dengan  langkah  kongkrit  BoJ  dan  dukungan  dari  Kanada  melalui  pernyataan dari  pejabat  seniornya menjelang pertemuan G20 di Washington akhir pekan ini. Hal ini memicu proyeksi bahwa pertemuan tersebut akan mendukung langkah pelonggaran agresif Jepang  untuk tujuan perbaikan ekonominya, bukan pelemahan mata uangnya. 

USDJPY dan EURJPY masing‐masing telah tertekan sekitar 4% dari level puncak mereka, di 99.94 dan 131.11 yang dicapai 11 April 2011 pekan lalu. Namun redanya koreksi emas  dan dukungan Kanada Selasa kemarin memicu rebound kembali, masing‐masing berusaha untuk memecahkan level 98.00 dan 129.00. 

Pergerakan emas dan hasil pertemuan G20 akhir pekan ini akan memberikan indikasi arah pergerakan mata uang global terhadap yen. Misalnya jika koreksi emas mulai tertahan  di atas $1300an dan G20 mendukung langkah Jepang untuk pelonggaran moneter agresif, maka akselerasi kenaikan USDJPY dan EURJPY akan terus berlanjut, masing‐masing  diproyeksikan ke atas level $100 dan EUR131. 

SWISS
Indeks dolar jatuh ke level terendah 5 pekan pada hari Selasa, tertekan oleh pelemahannya terhadap euro setelah sebuah bank sentral Asia membeli mata  uang tunggal Eropa. Komentar dari petinggi The Fed William Dudley yang mengatakan masih suramnya pasar tenaga kerja AS mengisyaratkan bahwa bank  sentral masih akan terus membeli obligasi juga telah menekan dolar. 

Indeks dolar turun ke level terendah 7 pekan di 81,71, level terendahnya sejak 28 Februari. Sementara dolar merosot ke level terendah 2 bulan terhadap  franc Swiss ke 0,9204 franc, level terendahnya sejak 20 Februari. 

Penguatan  franc  Swiss  terhadap  dolar  juga  didukung  oleh  melemahnya  minat  terhadap  aset  beresiko  pasca  rilis  buruk  data  ekonomi  Cina,  anjloknya  komoditas yang dipimpin oleh emas dan ledakan di Boston. 

Sementara indikator ekonomi utama Swiss hari ini adalah indikator ZEW.