US & GLOBAL
• Harga minyak mentah Brent turun dibawah $100 per barel pada hari Selasa yang untuk pertama kalinya dalam 9 bulan terakhir menyusul berlanjutnya concern terhadap kondisi ekonomi global telah menekan prospek permintaan minyak, sementara harga emas dan saham AS rebound pasca koreksinya belakangan ini.
• Adapun tertekannya harga komoditas dan saham yang terjadi belakangan ini terlihat dipicu oleh rilis buruk data ekonomi Cina dan AS yang mana telah menambah kekhawatiran terhadap kekuatan pemulihan ekonomi global. Kondisi ini telah berlanjut menekan harga minyak, dengan Brent crude <LCOc1> turun 72 sen di $99,91 per barel, sedangkan U.S. crude <CLc1> berhasil rebound dari koreksi awalnya untuk ditutup di $88,72, atau naik 1 sen.
• Bursa saham AS naik lebih dari 1%, didukung oleh earnings kuat dari sejumlah perusahaan besar AS dan juga ekspektasi The Fed akan terus melanjutkan stimulusnya.
• Emas juga berhasil rebound pasca koreksi tajamnya lebih dari 8% di hari Senin sebelumnya. Harga emas awalnya melanjutkan penurunannya ke $1321,35 per ons, sebelum akhirnya berbalik menguat 1,5% ke $1372,90. Emas telah merosot sekitar 20% sepanjang tahun ini setelah mencatat keuntungan beruntun selama 12 tahun dan turun sekitar 28% dari rekor tertinggi bulan September 2011 di $1920,30 per ons. Ada sejumlah faktor yang memicu koreksi emas belakangan ini, diantaranya banyak investor melepas emas dan mengalihkan investasinya dan kemungkinan bahwa bank sentral lainnya di Eropa akan menggunakan rencana bailout Siprus dengan menjual cadangan emasnya yang berlimpah sebagai alasan untuk mengurangi kepemilikan mereka.
• Data semalam menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) turun di bulan lalu, memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan stimulus ekonominya. Kebijakan moneter ultra longgar dari The Fed telah menjadi salah satu motor penggerak penguatan bursa saham tahun ini.
• Sejumlah laporan earnings yang optimis juga turut mendukung naiknya harga saham Wall Street. Coca‐Cola <KO.N> melaporkan perolehan laba yang lebih baik dari perkiraan yang mendorong naiknya saham perusahaan tersebut lebih dari 5% ke level tertinggi sejak 1998. Sementara saham Johnson & Johnson <JNJ.N> mencatat rekor tertinggi di $83,50, setelah perusahaan sektor kesehatan tersebut, yang merupakan komponen Dow, melaporkan earnings kuartalannya yang mengagumkan.
• Dow Jones industrial average <.DJI> naik 157,58 poin atau 1,08% ke 14756,78. Sedangkan Standard & Poor's 500 Index <.SPX> naik 22,21 poin atau 1,43% ke 1574,57. Sementara Nasdaq Composite Index <.IXIC> naik 48,14 poin atau 1,50% ke 3264,63.
• Sementara data lain menyebutkan industrial production AS melemah di bulan Maret, sedangkan building permits juga turun. Namum data yang dirilis awal tahun ini menunjukkan peningkatan yang memperkuat indikasi terjadinya akselerasi pada pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama, meskipun laporan terkini menunjukkan pemulihan tidak terlalu menggembirakan menjelang musim semi.
• Indeks saham global dalam MSCI naik 0,7%. Sementara indeks saham Eropa, FTSEurofirst 300 <.FTEU3>, ditutup melemah 0,7% setelah rilis mengecewakan data indeks ZEW Jerman dan update lemah dari grup elit LVMH <LVMH.PA>.
• Pasar uang juga berbalik melemah, dengan yen anjlok terhadap dolar dan euro, membalik kenaikan tajamnya hari Senin. Dolar menembus level intraday high di 98,15 yen, dan tercatat naik 0,8% di 97,54 yen. Euro menguat 2,2% ke 128,53 yen, pasca menembus level puncaknya di 128,99 yen.
GOLD & COMMODITIES
• Emas mengalami recovery Selasa lalu setelah pembelian emas secara fisik meningkat padah pelemahan harga mengikuti anjloknya harga Senin lalu secara historis, tetapi pasar mengalami permasalahan dari mempertahankan kenaikan dan terdapat sedikit confidence bahwa aksi jual emas masih dapat berlanjut lagi.
• Emas memperluas penurunan dalam dua tahunnya ke level terendah sehari sebelum bertahan lagi. Aksi jual emas yang tejadi dalam dua harinya berturut‐turut mendorong investor untuk menilai penurunan status emas sebagai lindung nilai inflasi dan depresiasi mata uang.
• "I'm selling into the rally and waiting to figure out what's going on," kata Charles Gradante, co‐founder dari The Hennessy Group, yang berinvestasi dalam hedge funds.
• "The question is where's gold going from here. Now this could be a 'dead cat bounce' we're getting today," Gradante menambahkannya.
OIL & COMMODITIES
• Brent crude oil pun tertekan ke bawah level psikologis $100/barel untuk pertama kalinya selama 9 bulan pada Selasa kemarin. Selain mengikuti tekanan di pasar komoditas, terutama emas dalam hal ini, tekanan minyak juga dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap demand menyusul lemahnya rilis data‐data ekonomi AS dan Cina (konsumen minyak terbesar dunia) belakangan ini.
• Selain itu gempa besar di Iran yang berkekuatan antara 7,5‐7,8 SR, terbesarnya selama 40 tahun, yang terus mengundang korban jiwa, menjadi kekhawatiran sendiri terhadap gangguan supply minyak, sehingga membatasi tekanannya.
• Sementara potensi pengurangan pasokan maupun produksi minyak dari anggota OPEC dapat membatasi tekanan lebih lanjut, atau mungkin bisa mendukung rebound. Harga Brent crude oil di bawah $100/barel dirasa menyulitkan sejumlah anggota OPEC untuk membiayai pengeluaran masing‐masing yang didanai dari pendapatan dari minyak.
• Di sesi awal Selasa kemarin, emas merosot hingga ke level terendahnya selama 2 tahun, di $1322,43, dan Brent crude oil tertekan lebih dari $2 ke level terendahnya sejak Juli 2012, di sekitar level $98/barel. Namun rebound emas kembali mencoba ke areal $1400 mendorong Brent crude bangkit kembali ke areal 99,60 di sesi NY semalam.
• Sementara harga Crude oil berjangka tipe kontrak Mei <CLc1> sempat tertekan mendekati level $86.00, terendahnya sejak Desember 2012, sebelum kemudian rebound kembali ke atas $88/barel di sesi NY semalam.
• Sementara sejumlah pengamat pasar masih memproyeksikan tekanan masih potensial berlanjut untuk harga minyak dalam jangka menengah ini menyusul kekhawatiran demand global dari kondisi fundamental global saat ini. Prospek ini juga didukung oleh pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun depan dari IMF kemarin, akibat pemangkasan spending AS dan krisis Eropa.
EURO ZONE
• Tekanan inflasi melemah kedepannya pada bulan Maret dalam 17 negara‐negara yang menggunakan euro, didorong oleh tren yang menurun terus dalam harga energi, data dari lembaga statistik Uni Eropa menunjukkannya.
• Inflasi tahunan zona euro melemah menjadi 1.7 persen pada Maret, level terendahnya sejak Agustus 2010, Eurostat menungkapkannya, dibandingkan dengan target European Central Bank yang dekat tetapi tidak diatas 2 persen.
• Komisi Eropa akan mengusulkan pembayaran "frontloading" untuk Siprus dari bujet Uni Eropa sehingga alokasi untuk tujuh tahun berikutnya dibayar awal untuk memberikan dorongan terhadap ekonomi, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso mengatakannya.
• Dalam surat untuk Presiden Siprus Nicos Anastasiades, Barroso mengatakan Komisi juga akan menawarkan Nicosia tarif pre‐financing yang lebih tinggi dan menggali kemungkinan naiknya ukuran dari dana yang siap disetujui untuk Siprus dalam bujet Uni Eropa tahun 2014‐2020.
• "With a view to delivering an impact on the ground as soon as possible I would propose to explore with the budgetary authority the possibility of frontloading future (EU budget) assistance for Cyprus," Barroso mengatakan dalam suratnya.
• Analis Jerman dan sentimen investor turun tajam pada bulan April, tertekan oleh kekhawatiran memburuknya krisis zona euro dan perlambatan global, dipimpin oleh pelemahan oleh Cina, dapat membawa besarnya hambatan pada negara dengan perekonomian terbesar di Eropa itu.
U.K.
• Sterling menembus level terendah 4 pekan terhadap euro pada hari Selasa dan nampaknya masih akan rentan tekanan menyusul prospek ekonomi Inggris yang masih rapuh.
• Data menunjukkan inflasi Inggris masih tinggi di bulan Maret, dengan CPI tahunan masih sebesar 2,8%, level terkuatnya sejak Mei tahun lalu.
• Sementara tingginya inflasi kemungkinan tidak akan mencegah BoE untuk melanjutkan pelonggaran moneternya di bulan‐bulan mendatang, dan kondisi ini berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi.
• Data Product Domestik Bruto kuartal pertama Inggris pekan depan akan dicermati pasar untuk melihat apakah ekonomi Inggris kembali tergelincir kedalam resesi.
• Euro naik ke 0,8602 pound, level tertingginya sejak 15 Maret. Euro menguat akibat maraknya permintaan dari bank sentral dan imbas dari penguatannya terhadap yen pasca berhasil rebound dari koreksi tajamnya pada hari Senin sebelumnya.
• Terhadap dolar, sterling mencatat intraday high di $1,5379 dan menjauhi level terendah hari Senin di $1,5269 ketika buruknya data ekonomi Cina mengangkat mata uang aman resiko seperti yen dan dolar. Namun sterling masih berada di bawah level puncak pekan lalu di $1,5412, level tertingginya sejak 20 Februari.
• Bank of England minutes juga akan dicermati pada hari Rabu ini untuk melihat apakah program quantitative easing (QE) akan ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dimana akan berdampak negatif pada sterling.
• Investor juga akan fokus pada data pekerjaan dan penjualan ritel pekan ini untuk melihat apakah ekonomi dapat menghindari resesi.
JAPAN
• Koreksi USDJPY dan EURJPY maupun mata uang global lainnya terhadap yen tertahan Selasa kemarin dan rebound menyusul redanya koreksi tajam emas sehingga meredam demand terhadap safe‐haven yen.
• Koreksi tajam mata uang global terhadap yen Senin lalu dipicu oleh tekanan jual aset‐aset beresiko yang dibeli dari pinjaman murah yen (carry trade). Kekhawatiran ekonomi, menyusul lemahnya data ekonomi AS dan Cina belakangan ini menjadi salah satu faktor yang memicu koreksi tersebut.
• Selain itu sejumlah isu penting lain telah berkembang hari Senin tersebut yang memicu tekanan jual aset‐aset beresiko dan mata uang global terhadap yen, yakni sell‐off emas sejak akhir pekan kemarin, yang salah satu alasan utamanya adalah fund outflow dari komoditas emas oleh sejumlah institusi perbankan Eropa menyusul rencana bailout Siprus dengan menjual kelebihan cadangan emasnya.
• Di tahun 2013 berjalan ini, harga emas telah tertekan 20% dan dari rekor tertingginya di $1920,30 (September 2011) harga emas sudah terkoreksi 28%. Dan sejak penutupan Kamis (11/April) pekan lalu, di 1561,00, harga emas sudah tertekan sekitar 15% ke level terendahnya selama lebih dari 2 tahun, di 1322,43 di sesi Asia Selasa kemarin. Pasca menembus support kuat di sekitar $1520 pada Jumat lalu, para analis masih memproyeksikan kelanjutan penurunan emas ke depannya. Untuk saat ini nampaknya pelaku pasar emas meredam peran safe‐haven emas sehingga kondisi ketidakpastian ekonomi serta politik dan keamanan global, dapat menekan harga emas bersamaan dengan tekanan aset‐ aset beresiko lainnya. Namun di sisi lain, masih perlu diwaspadai peran emas sebagai inflation‐hedging, di tengah agresifnya pelonggaran moneter global. Jika dominan kembali, isu ini dapat menahan koreksi emas atau bahkan mendorong rebound‐nya kembali. Support emas untuk saat ini ada di $1300,55/ons.
• Sementara penguatan mata uang global atas yen masih potensial berlanjut seiring dengan langkah kongkrit BoJ dan dukungan dari Kanada melalui pernyataan dari pejabat seniornya menjelang pertemuan G20 di Washington akhir pekan ini. Hal ini memicu proyeksi bahwa pertemuan tersebut akan mendukung langkah pelonggaran agresif Jepang untuk tujuan perbaikan ekonominya, bukan pelemahan mata uangnya.
• USDJPY dan EURJPY masing‐masing telah tertekan sekitar 4% dari level puncak mereka, di 99.94 dan 131.11 yang dicapai 11 April 2011 pekan lalu. Namun redanya koreksi emas dan dukungan Kanada Selasa kemarin memicu rebound kembali, masing‐masing berusaha untuk memecahkan level 98.00 dan 129.00.
• Pergerakan emas dan hasil pertemuan G20 akhir pekan ini akan memberikan indikasi arah pergerakan mata uang global terhadap yen. Misalnya jika koreksi emas mulai tertahan di atas $1300an dan G20 mendukung langkah Jepang untuk pelonggaran moneter agresif, maka akselerasi kenaikan USDJPY dan EURJPY akan terus berlanjut, masing‐masing diproyeksikan ke atas level $100 dan EUR131.
SWISS
• Indeks dolar jatuh ke level terendah 5 pekan pada hari Selasa, tertekan oleh pelemahannya terhadap euro setelah sebuah bank sentral Asia membeli mata uang tunggal Eropa. Komentar dari petinggi The Fed William Dudley yang mengatakan masih suramnya pasar tenaga kerja AS mengisyaratkan bahwa bank sentral masih akan terus membeli obligasi juga telah menekan dolar.
• Indeks dolar turun ke level terendah 7 pekan di 81,71, level terendahnya sejak 28 Februari. Sementara dolar merosot ke level terendah 2 bulan terhadap franc Swiss ke 0,9204 franc, level terendahnya sejak 20 Februari.
• Penguatan franc Swiss terhadap dolar juga didukung oleh melemahnya minat terhadap aset beresiko pasca rilis buruk data ekonomi Cina, anjloknya komoditas yang dipimpin oleh emas dan ledakan di Boston.
• Sementara indikator ekonomi utama Swiss hari ini adalah indikator ZEW.