title cover

title cover

Tuesday, March 27, 2012

Headline News 27.03.12


US & GLOBAL
Bursa global rally pada hari Senin sementara dolar terseret mundur setelah Kepala The Fed Ben Bernanke mengatakan untuk mengurangi pengangguran  maka kebijakan moneter longgar sebaiknya tetap dilanjutkan. Indeks S&P 500 ditutup di level tertinggi sejak Mei 2008. 
Dalam  pernyataannya  di  sebuah  National  Association  for  Business  Economics,  kebijakan  moneter  yang  akomodatif  akan  mendorong  permintaan  dan  menurunkan angka pengangguran. Komentarnya tersebut telah memicu pandangan bahwa kebijakan moneter longgar akan terus diterapkan sementara  ini dan  menambah spekulasi untuk dilanjutkannya  program pembelian  aset oleh  The Fed.  Putaran quantitative  easing sebelumnya telah melemahkan  dolar dan mendongkrak bursa AS dan global. 
Naiknya  ekuitas  AS  telah  mendorong  naiknya  S&P  500  lebih  dari  12%  sepanjang  tahun  ini  dan  ditaksir  bakal  mencatat  quartal  
terbaiknya  sejak  2009. Kenaikannya tersebut banyak dipengaruhi oleh membaiknya rilis data ekonomi AS menyusul fokus investor beralih dari masalah krisis utang di Eropa. 
Dow Jones industrial average <.DJI> naik 160.90 poin atau 1.23% dan berakhir di 13,241.63. Sementara Standard & Poor's 500 Index <.SPX> naik 19.40  poin  atau  1.39%  di  1,416.51.  Sedangkan  Nasdaq  Composite  Index  <.IXIC>  naik  54.65  poin  atau  1.78%  di  3,122.57.      S&P  500  berkesempatan  untuk  mencatat kenaikan bulanan keempatnya secara berturut‐turut. 
Ekuitas  global  yang  terangkum  kedalam  MSCI  <.MIWD00000PUS>  naik  1%,  lompatan  terbesarnya  pada  indeks  dalam  2  pekan  terakhir.  Sedangkan  FTSEurofirst 300 index <.FTEU3> berakhir naik 0.89% dan indeks Nikkei berdenominasi dolar, Nikkei futures <NKc1>, bertambah 1.1%. 
Jerman juga nampaknya akan menyetujui untuk menggabungkan dana talangan sementara dan permanen Eropa, yakni Dana Stabilitas Finansial Eropa  (EFSF) dengan Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM). Total dana yang tercipta mencapai 1 triliun Dolar yang ditujukan untuk memperkuat fasilitas keuangan  Eropa dalam mengatasi beban krisis utang, sebuah langkah yang membantu mendorong minat investor pada aset‐aset yang berorientasi pertumbuhan. 
Harga  obligasi  pemerintah  AS  mengakhiri  rally  selama  4  hari  terakhir  seiring  meredanya  kekhawatiran  pada  kondisi  ekonomi  Eropa  sehingga  memicu  berkurangnya minat pada Treasury AS. Untuk Treasury bertenor 10 tahun turun 5/32 dengan yield 2.2515%. 
Euro menembus level tertinggi terhadap dolar selama lebih dari 3 pekan. Sedangkan dolar terkoreksi ke level terendah lebih dari 3 pekan terhadap Swiss  franc. Euro menguat ke level intraday high di $1.3367, level tertingginya sejak 29 Februari. Sedangkan terhadap Swiss franc, dolar terkoreksi ke level low  0.9018, level terendahnya sejak 1 Maret. 

 Harga emas berjangka naik 1.8% dipicu melemahnya dolar akibat komentar Bernanke dan pernyataan dovish‐nya memunculkan kembali kekhawatiran  akan meningkatnya tekanan inflasi. 

 Rilis data sentimen bisnis Jerman  yang mencatat kenaikan diluar dugaan juga turut mendorong meningkatnya minat pada aset‐aset beresiko, dimana  menggambarkan ekonomi Jerman akan tumbuh lebih pesat dibandingkan rekan‐rekannya di zona euro lainnya.  

GOLD & COMMODITIES
Emas menguat lebih dari 1,5% pada sesi awal pekan ini menyusul lemahnya rilis data ekonomi Amerika serta pernyataan Ketua The Fed Ben Bernanke  yang meningkatkan spekulasi akan dicanangkannya kembali stimulus keuangan Amerika. Ben Bernanke yang dalam pernyataannya mengingatkan bahwa  perekonomian  Amerika  harus  bertumbuh  lebih  pesat  lagi  untuk  dapat  menurunkan  tingkat  pengangguran  Amerika,  kemudian  direspon  pelaku  pasar  sebagai  sinyal  pemberlakuan  program  quantitative  easing  lanjutan,  sebuah  langkah  yang  menekan  kinerja  dolar  AS  terhadap  mata  uang  utama  dunia  lainnya.  
Dengan perkembangan ini pelaku pasar menilai The Fed mungkin akan menerapkan quantitative easing lanjutan pada April mendatang. Dengan adanya  program quantitative easing, akan memperbanyak jumlah uang yang beredar di pasar, dan memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan inflasi, yang  biasanya direspon pelaku pasar dengan meningkatkan kepemilikan terhadap logam mulia, yang tahan terhadap deflasi maupun inflasi. 
Pada  sisi  lain,  data  yang  dilansir  Commodity  Futures  trading  Commission  Amerika  pada  akhir  pekan  lalu  memperlihatkan  bahwa  mayoritas  manajer  keuangan memangkas posisi beli terhadap emas baik pada instrument berjangka maupun opsi ke level terendah sejak 2‐bulan terakhir. Sementara itu  volume perdagangan emas di bursa Shanghai Gold Exchange mengalami pelemahan, memberikan gambaran penurunan permintaan dari Cina.  
Hingga akhir sesi New York, emas tercatat menguat 1,66% ke 1689.37 USD per troy ounce. Sedangkan harga perak tercatat menguat 1,96% ke 32.81 USD per ounce.