title cover

title cover

Monday, July 16, 2012

Headline News 16.07.12


US & GLOBAL
Bursa saham global dan harga minyak melonjak pada sesi Jumat ditunjang data ekonomi Cina yang meredam kekhawatiran  akan  hard  landing  pada    ekonomi  No  2  di  dunia  dan  dampaknya  pada  pertumbuhan  ekonomi  dunia  lebih  lanjut.  Bursa  saham  AS  menguat  pasca  pelemahan  6‐sesi  beruntun,  dan  euro  menguat  terhadap  dolar  untuk  pertama  kalinya  dalam  empat sesi terakhir ditunjang oleh naiknya minat terhadap aset beresiko. 

Bursa Wall Street menguat pada akhir sesi perdagangan, mendorong indeks Dow dan S&P 500 ke wilayah positif dalam  basis  mingguan.  Nasdaq  juga  naik  tapi  tetap  di  wilayah  negatif  dalam  basis  mingguan.  GDP  Cina  yang  bertumbuh  7,6  persen,  mengungguli  ekspektasi  pemerintah,  memperkuat  sentimen  secara  luas  pada  komoditas  dan  menunjang  rally  ekuitas. 

JPMorgan Chase & Co <JPM.N> membukukan kerugian senilai 4,4 miliar USD pada perdagangan yang dilakukan oleh trader  yang  disebut  sebagai  “Paus  London”  dan  menyatakan  kemungkinan  akan  menangguk  kerugian  lebih  lanjut  hingga  1,7  milyar USD. Tapi saham perbankan tersebut naik 6 persen karena kerugian perdagangan tersebut hanya memotong laba  kuartal  kedua  sebesar  471  juta  USD  dibanding  tahun  sebelumnya,  yang  mencapai  4.96  miliar  USD.  Lonjakan  saham  JPMorgan mendukung kinerja S&P 500, dan mengangkat sektor perbankan <BKX.> hingga 3,26 persen. 

Kekhawatiran  tentang  perlambatan  pertumbuhan  ekonomi  telah  menekan  aset  berisiko  pada  awal  pekan  lalu.  Investor  mengabaikan survei yang menunjukkan sentimen konsumen AS kembali melemah pada awal Juli ke terendah dalam tujuh  bulan, karena masyarakat Amerika melihat prospek yang suram berkaitan sektor ketenagakerjaan dan pendapatan. Data  yang dilansir  Thomson  Reuters  / Universitas Michigan  untuk  keseluruhan indeks  sentimen  konsumen jatuh ke 72,0 dari  73,2 pada bulan Juni. 

Secara  terpisah,  inflasi  di  tataran  produsen  meningkat  tipis  pada  bulan  Juni  menyusul  penurunan  biaya  energi,  menunjukkan bahwa tekanan inflasi tetap dapat diredam. Departemen Tenaga Kerja Ameirka menyatakan harga produsen  yang disesuaikan secara musiman naik 0,1 persen, sebuah kondisi yang membuka pintu bagi upaya lebih lanjut dari The  Federal Reserve untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi. 

Indeks Dow Jones Industrial Average <DJI.> ditutup naik 203,82 poin atau 1,62 persen, ke 12,777.09. Indeks Standard &  Poor 500 <. SPX> naik 22,02 poin atau 1,65 persen, ke 1,356.78. Indeks Nasdaq Composite <. IXIC> naik 42,28 poin atau  1,48  persen,  ke  2,908.47.  Untuk  minggu  lalu,  Dow  tercatat  naik  0,04  persen,  S&P  500  naik  0,15  persen  namun  Nasdaq  turun 0,98 persen.  

Bursa  saham  Eropa  memperpanjang  kenaikan,  para  investor  mengikuti  spekulasi  pergeseran  alokasi  aset  menyusul  lonjakan saham AS yang membantu euro untuk bangkit dari pelemahan ke level dua tahun terendah terhadap dolar AS.  FTSEurofirst 300 <FTEU3.> naik 1,3 persen menjadi ditutup pada 1,042.63. 

Obligasi tenor 10‐tahun AS <US10YT=RR> harganya turun 4/32 dengan imbal hasil berkisar pada 1,4893 persen. 

Euro terakhir diperdagangkan di 1,2242 <EUR=>, naik 0,4 persen, rebound dari level terendah sejak pertengahan 2010 di  1,2160  pada  awal  sesi.  Rebound  euro  juga  mengubah  sentimen  atas  utang  pemerintah  Italia.  Imbal  hasil  obligasi  Italia  melonjak  setelah  pemangkasan  peringkat  kredit  oleh  Moody’s  yang  menyoroti  risiko  bahwa  krisis  utang  kawasan  berpotensi menelan ekonomi terbesar ketiga zona euro. Moody `s memperingatkan hal itu bisa melanjutkan downgrade  peringkat kredit Italia, yang saat ini hanya dua tingkat di atas status junk, jika akses negara ke pasar utang mengering. 

Komoditas dunia menguat didukung oleh  data PDB Cina yang tidak seburuk yang ditakutkan sebelumnya. Harga minyak  Brent crude <LCOc1> ditutup naik 1,33 USD ke 102,40 USD per barel. Minyak mentah AS <CLc1> ditutup naik  1,02 USD ke  87,10 USD per barel, dan mencatat penguatan 3,1 persen dalam sepekan terakhir. Emas naik, terangkat oleh rally tajam  bursa  ekuitas dan komoditas, terpengaruh data Cina. Harga spot emas <XAU=> naik 1,04 persen menjadi 1,588.00 USD per  troy ounce.   

GOLD & COMMODITIES
Emas naik lebih dari 1.5 persen Jumat lalu karena tanda‐tanda perlambatan pertumbuhan (ekonomi) Cina yang menaikkan  harapan  untuk  monetary  easing  disana  dan  memicu  rally  pada  aset‐aset  beresiko  disemua  lini,  yang  mendorong  ketertarikan pada investasi emas, ditambah dukungan pada kenaikan pada saham‐saham dan komoditas.  

Logam mulia mencatatkan kenaikan mingguan mengikuti rally Jumat lalu, setelah data Cina menunjukkan pertumbuhan ke  dalam rangkaian enam kuartalnya kefase terlemahnya yang lebih dalam tiga tahun.   

Cina mengatakan pada pertumbuhan (ekonomi) basis tahunannya pada 7.6 persen dalam kuartal kedua, dibawah level 8  persen dari penurunan sebelumnya yang dipicu respon yang kuat dari pengambil kebijakan.




OIL & COMMODITIES
Harga oil naik 1 persen Jumat lalu karena laporan data GDP Cina yang bersamaan dengan ekspektasi dan sedikit diatas target pemerintah,  menenangkan permasalahan mengenai perlambatan (ekonomi) dalam ekonomi negara terbesar kedua didunia tersebut.  

Brent dan U.S. crude futures menghadapi kenaikan mingguannya diatas 50‐hari moving average untuk pertama kalinya sejak bulan April.   

Gambaran  pertumbuhan  (ekonomi)  kuartal  kedua  Cina  membantu  mendorong  indeks  saham‐saham  AS  lebih  dari  1  persen  dan  juga  mendukung  saham‐saham  Eropa,  sementara  itu  euro  naik  turun  terhadap  dollar  dan  dollar  index  <.DXY>  yang  juga  berada  dalam  perdagangan yang choppy.  

Embargo  Uni  Eropa  terhadap  minyak  mentah  Iran,  ketidakpastian  mengenai  perselisihan  program  nuklir  Iran  dan  pengaruh  dari  pemogokan di Norwegia dan lainnya gangguan pasokan North Sea yang juga mendukung pada crude, khususnya Brent, yang menguat  dalam front‐month




EURO ZONE
Euro menguat terhadap dolar untuk pertama kalinya dalam 4 hari terakhir di hari Jumat kemarin, rebound dari level terendah 2 tahun, setelah data ekonomi Cina  mengurangi kekhawatiran seputar prospek pertumbuhan ekonomi global, sehingga mendorong investor untuk kembali memburu aset‐aset beresiko dan juga mata  uang tunggal Eropa. Euro awalnya sempat tertekan setelah lembaga pemeringkat Moodys’ memangkas peringkat kredit Italia, setelah lembaga tersebut melihat  potensi ekonomi Italia akan tertelan oleh krisis utang yang melanda kawasan. Italia merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di zona euro. 

Namun sentimen pasar kemudian terangkat setelah data menunjukkan ekonomi Cina tumbuh 7.6% di kuartal kedua, merupakan tingkat pertumbuhan terlemahnya 
selama lebih dari 3 tahun terakhir tetapi masih lebih baik dari sejumlah ekspektasi pasar. 

Euro terakhir bergerak di sekitar $1.2234, naik 0.3% setelah terkoreksi ke level intraday low $1.2160, level terendahnya sejak medio 2010.  Euro juga menguat terhadap yen, bergerak naik 0.3% di 96.94 yen. Sementara itu data producer prices AS hanya naik tipis di bulan lalu, mengisyaratkan tekanan  inflasi relatif stabil dan membuka peluang bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan moneter longgar. Terhadap yen, dolar tercatat turun 0.1% di 79.18 yen. 

Pekan ini pasar akan mencermati testimoni dari Kepala The Fed Ben Bernanke mengenai kebijakan moneter yang telah dijalankan, dimana akan dilihat kemungkinan  bank sentral AS tersebut menggulirkan program quantitative easing (QE) jilid 3. Bernanke dijadwalkan akan memberikan testimoni untuk anggota parlemen pada  hari  Selasa  dan  Rabu,  dimulai  sehari  setelah  Dana  Moneter  Internasional  diperkirakan  akan  memangkas  proyeksi  pertumbuhan  global  ketika  pihaknya  merilis  Outlook Ekonomi Dunia yang terbaru.




U.K.
Akhir pekan lalu sterling menguat ke level tertinggi sepanjang 3‐1/2 tahun terakhir terhadap euro, setelah lembaga pemeringkat Moody’s memangkas peringkat  hutang Italia, yang kemudian meningkatkan minat terhadap sterling sebagai alternative currency ditengah krisis hutang Uni Eropa. Euro anjlok ke level 78.63 pence  terhadap pound, level terendah sejak November 2008. Investor terus menekan euro terhadap sterling menyusul belum adanya terobosan berarti dalam penanganan  krisis hutang Uni Eropa.  

Sterling juga menguat terhadap dolar AS ditunjang oleh penguatan bursa saham global yang terdorong rilis data PDB Cina yang mengungguli ekspektasi. Penguatan  bursa saham juga menopang minat terhadap aset beresiko termasuk sterling. Hingga akhir sesi New York, sterling tercatat menguat hingga 0,8 persen terhadap  dolar AS setelah sempat mencapai session high di 1.5580. Meskipun demikian, analis mengingatkan bahwa prospek ekonomi Inggris juga tidak terlalu bagus, data  pada sesi Jumat memperlihatkan bahwa construction output turun 6,3 persen dalam basis antar tahun pada periode Mei. 

Pekan  ini  pelaku  pasar  akan  mengamati  sejumlah  rilis  data  diantaranya  data  inflasi,  sektor  ketenagakerjaan  dan  retail  sales  Inggris.  Para  investor  juga  akan  mengamati  pernyataan  Kepala  The  Fed  Ben  Bernanke  yang  akan  menyampaikan  semiannual  monetary  policy  report  yang  diharapkan  akan  memberikan  sinyal  apakah bank sentral Amerika tersebut akan menempuh program QE3 tahun ini. 




JAPAN
Menteri  Keuangan  Jepang  Jun  Azumi  pada  hari  Jumat  kemarin  mengatakan  bahwa  Jepang  akan  mengambil  tindakan  di  pasar  uang  jika  diperlukan,  menyusul  kenaikan tajam yen berpotensi memukul perekonomian negeri itu. 

Ia menegaskan bahwa kenaikan tajam yen akan menekan ekonomi dan stabilitas keuangan. Pergerakan yen akan terus diawasi secara ketat dan pemerintah akan  mengambil tindakan tegas jika memang diperlukan. 

Sementara  itu  sebuah  data  revisi  ekonomi  Jepang  menunjukkan  industrial  output  turun  3.4%  
di  bulan  Mei,  sebagian  mencerminkan  penyesuaian  persediaan  sementara, meskipun pandangan ini tidak pasti karena perlambatan pertumbuhan global. Data tersebut merupakan revisi turun dari laporan awalnya turun 3.1%,  setelah mencatat turun 0.2% di bulan April sebelumnya.  Sedangkan  capacity utilisation index turun 2.2% di bulan Mei dari bulan sebelumnya menjadi 89.8. 

Pekan ini pasar akan mencermati testimoni dari Kepala The Fed Ben Bernanke mengenai kebijakan moneter yang telah dijalankan, dimana akan dilihat kemungkinan  bank sentral AS tersebut menggulirkan program quantitative easing (QE) jilid 3.   Bernanke  dijadwalkan  akan  memberikan  testimoni  untuk  anggota  parlemen  pada  hari  Selasa  dan  Rabu,  dimulai  sehari  setelah  Dana  Moneter  Internasional  diperkirakan akan memangkas proyeksi pertumbuhan global ketika pihaknya merilis Outlook Ekonomi Dunia yang terbaru.




AUSTRALIA
Australian dollar merosot dalam level penutupan perdagangannya Jumat lalu, tidak dapat menahan penguatan pada awalnya yang dibuat untuk merespon  gambaran pertumbuhan ekonomi terakhir dari Cina.  

Pada pukul 1700 AEST Jumat lalu Australian dollar diperdagangkan pada level 101.58 sen AS, turun dari level 101.64 sen AS pada penutupan perdagangan  Kamis sebelumnya.  

Mata uang lokal empat menguat setelah Cina mengatakan pertumbuhan perekonomiannya pada 7.6 persen dalam kuartal keduanya tahun 2012.  

Australian dollar naik hampir seperlima sen AS segera setelah data Cina yang dirilis sebelum berada dalam kisaran yang sempit pada sore harinya.  

Sementara  itu  perkembangan  gross  domestic  product  (GDP)  melambat  ke  level  terendahnya  di  Cina  yang  lebih  dari  tiga  tahun,  yang  sejalan  dengan  ekspektasi pasar. 




SWISS
Swiss  franc  melonjak  mendekati  level  terendahnya  dalam  19‐bulan  terhadap  dollar  Jumat  lalu,  setelah  lembaga  pemeringkat  Moody's  memangkas  peringkat kredit Italia, meningkatkan prospek kedepannya pada gejolak pasar zona euro.      

Sejak Swiss National Bank membatasi pergerakan pada level 1.20 per euro akhir September, the franc secara luas diperdagangkan bersamaan dengan  euro.  

Moody's  memperingatkan  kedepannya  dapat  menurunkan  peringkat  terbaru  Italia  Baa2,  yang  mana  hanya  berada  diatas  dua  poin  diatas  junk  status  (obligasi sampah), jika akses ke pasar obligasi menurun.  

Pemangkasan peringkat menekan pada mata uang versus dollar, dan begitu juga pada the franc.   

Harga  producer  and  import  Swiss  mencatatkan  penurunan  dalam  tiga  bulannya  pada  bulan  Juni,  ditekan  merosot  oleh  anjloknya  harga  oil  dan  menggarisbawahi kebutuhan Swiss National Bank yang membatasi the franc untuk menjaga tekanan deflasi.