US & GLOBAL
• Bursa saham global melorot 2.0 persen dan Brent crude oil ditutup ke level terendahnya dalam 18 bulan Kamis lalu karena data menunjukkan aktivitas manufaktur Cina, Eropa dan AS telah melambat kedepannya yang menandai kekhawatiran mengenai melambatnya pertumbuhan (ekonomi) global.
• Data yang mengecewakan berasal sehari setelah the Fed memperluas program stimulus moneter yang bertujuan untuk mendorong perekonomian AS.
• Aktivitas bisnis diseantero zona euro merosot kedalam rangkaian lima bulannya pada bulan Juni dan manufaktur Cina mengalami kontraksi, sementara itu melemahnya permintaan luar negeri memperlambat pertumbuhan sektor factory AS, survei menunjukkannya.
• Bursa saham AS mencatatkan kinerja harian terburuknya dalam tiga minggu, ditambah setelah Goldman Sachs menekan pada indeks S&P 500. Indeks Dow Jones industrial average <.DJI> anjlok 250.82 poin, atau 1.96 persen, untuk ditutup ke level 12,573.57. Indeks Standard & Poor's 500 <.SPX> merosot 30.18 poin, atau 2.23 persen, ke level 1,325.51. Indeks Nasdaq Composite <.IXIC> melorot 71.36 poin, atau 2.44 persen, ke level 2,859.09.
• Bursa saham dunia yang diukur oleh indeks MSCI's global equity <.MIWD00000PUS>, turun 1.8 persen dan bursa saham Eropa <.FTEU3> ditutup anjlok 0.5 persen.
• Harga Treasuries AS naik Kamis lalu karena data mencatatkan perlambatan pada perekonomian AS, sehari setelah the Fed mengatakan bahwa siap untuk melakukan usaha yang lebih dalam membantu meningkatkan recovery yang rapuh.
• Euro anjlok ke level terendahnya $1.2529 <EUR=> pada data Reuters, jauh dibawah level tertinggi Rabu sebelumnya $1.2743. Terakhir berada pada level $1.2541, turun 1.3 persen, level harian terburuknya sejak pertengahan Desember.
• Emas anjlok 2.5 persen Kamis lalu, diambang menghapus kenaikannya tahun ini karena mengemukanya kembali ketakutan perlambatan ekonomi global dan kekecewaan berkenaan dengan kurang agresifnya stimulus the Fed yang menekan ketertarikan pada logam mulia sebagai lindung nilai dibandingkan dengan inflasi. Spot emas <XAU=> merosot 2.5 persen ke level $1,566 per ons pada pukul 1905 GMT, yang pada awalnya tertekan ke level terendahnya $1,563.88 per ons.
• Pada pasar oil, Brent crude <LCOc1> anjlok ke dalam rangkaian empat harinya untuk ditutup ke level terendahnya dalam 18 bulan. August Brent crude <LCOQ2> ditutup ke level $89.23 per barrel, turun $3.46, atau 3.7 persen, dan mencatatkan settlement terendahnya pada front‐month Brent sejak 1 Des., 2010. NYMEX crude untuk pengiriman bulan Agustus <CLQ2> ditutup ke level $78.20, melorot $3.25, atau 4 persen, yang mencatatkan settlement terendahnya pada front‐month U.S. crude sejak 4 Okt., 2011.
GOLD & COMMODITIES
• Emas merosot 2.5% pada hari Kamis dipicu tumbuhnya kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan kekcewaan terhadap langkah stimulus The Fed yang kurang agresif sehingga menyurutkan minat pada emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi.
• Emas mencatat koreksi harian tertajamnya tahun ini. Emas telah mengalami tekanan jual sejak Rabu kemarin setelah The Fed mengakhiri sidangnya tanpa menggulirkan program quantitative easing jilid 3 namun menggantinya dengan memperpanjang prgram pembelian obligasi jangka panjang untuk menurunkan suku bunga jangka panjang yang dikenal dengan istilah "Operation Twist."
• Perak turun lebih dari 4%, menyusul Brent crude oil yang anjlok lebih dari 3% ke level terendah 18 bulan dan juga melemahnya bursa Wall Street. Tekanan jual di hari Kamis pada aset global telah mengurangi minat beli emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi.
• Kekhawatiran terhadap deflasi telah menyuramkan prospek emassetelah beberapa laporan menunjukkan kondisi sektor manufaktur AS yang mengecewakan, menurunnya sektor manufaktur Cina dan melambatnya aktifitas bisnis di zona euro. Data terasebut telah menambah kekhawatiran bahwa krisis Eropa dan melemabtnya pertumbuhan ekonomi AS dan Asia berpotensi memperburuk kondisi ekonomi global.
• Emas spot turun 2.6% ke $1,564.40 per ounce, setelah mencatat intraday low di $1,563.88 per ounce. Sedangkan emas berjangka COMEX pengiriman Agustus turun $50.20 per ounce di $1,565.60. Sementara perak turun 4.4% di $26.85 per ounce.
• Lemahnya permintaan emas fisik dari India juga turut menekan harga emas. Anjloknya nilai tukar rupee ke level terendahnya terhadap dolar telah membuat harga emas menjadi lebih mahal, sehingga mengurangi minat beli investor.
OIL & COMMODITIES
• Brent crude oil turun hampir 4% ditengah perdagangan yang ramai di hari Kamis, turun di bawah $90 per barel untuk pertama kalinya dalam 18 bulan dipicu buruknya data ekonomi Cina, AS dan Eropa, yang mengisyartakan prospek melemahnya permintaan. Brent telah terkoreksi hampir $40 per barel sejak menemus $128.40 di awal Mei, menyusul naiknya kuota produksi minyak Arab Saudi yang memicu naiknya stok minyak.
• Adapun komoditas lainnya juga jatuh seiring suramnya kondisi ekonomi global telah menurunkan minat untuk bahan mentah.
• Di bursa London, Brent untuk pengiriman Agustus berakhir melemah $3.46 di $89.23 per barel, level penutupan terendahnya untuk Brent sejak Desember 2010. Brent mencatat intraday low $88.90, juga merupakan level intraday terendahnya sejak Desember 2010. Sementara untuk U.S. August crude turun $3.25 ke $78.20 per barel, level penutupan terendahnya sejak 4 Oktober 2011.
• Dolar secara umum menguat pada perdagangan hari Kamis menyusul rilis pesimis data ekonomi AS, Eropa dan Cina telah mendorong investor untuk menjauhi mata uang berimbal hasil lebih tinggi dan beralih memburu dolar yang dianggap sebagai mata uang yang lebih aman.
• Jobless claims mengindikasikan pasar tenaga kerja AS masih tertekan, sementara melambatnya sektor manufaktur AS dan melemahnya manufaktur global telah meningkatkan keengganan untuk mengoleksi aset beresiko.
EURO ZONE
• Euro melemah tehadap dolar AS dan mencetak performa harian terburuknya sejak lebih dari 3‐bulan terakhir, disebabkan buruknya rilis data ekonomi global yang meningkatkan kekecewaan para pelaku pasar terhadap keputusan The Fed yang dinilai kurang signifikan. Kondisi ini kemudian menurunkan minat investor terhadap aset beresiko dan sebaliknya mengalihkannya kepada aset berstatus safe haven terutama dolar AS. Yang menopang kinerja dolar AS adalah diantaranya rilis data jobless claims Amerika yang memburuk, menguatkan indikasi bahwa pasar ketenagakerjaan di negara tersebut masih belum sepenuhnya bangkit, serta data sektor manufaktur yang juga melemah.
• Turut menekan kinerja euro secara khusus, adalah buruknya data sektor jasa Jerman untuk periode Juni yang mengalami pelemahan dalam dua bulan beruntun, diwarnai aktifitas sektor manufaktur ekonomi terbesar Eropa tersebut yang mencapai level terendahnya sejak 3‐bulan terakhir. Buruknya data Uni Eropa tersebut meningkatkan spekulasi bahwa ECB pada akhirnya akan memangkas suku bunga acuan.
• Pejabat ofisial pemerintah Spanyol menegaskan bahwa permintaan resmi untuk bantuan bagi sektor perbankan Spanyol akan diajukan dalam beberapa hari kedepan, dan detail mengenai segala sesuatunya akan diselesaikan pada akhir Juli.
• Hingga akhir sesi New York, euro tercatat melemah tajam 1,28 persen terhadap dolar AS ke 1.2541, euro juga anjlok 0,32 persen terhadap yen ke 100.63 yen, dan melemah 0,49 persen terhadap sterling ke 0.8043. Sedangkan terhadap Swiss franc, euro tercatat mengalami penguatan tipis 0,02 ke level 1.2010.
U.K.
• Penjualan ritel Inggris menguat kembali pada bulan Mei setelah anjlok pada April karena cuaca panas mendorong para pembelanja untuk membeli pakaian dan sepatu, menaikkan harapan bahwa negara kemungkinan belum menghindari kemerosotan jangka panjang.
• Inggris yang anjlok ke dalam resesi keduanya dalam empat tahun antara bulan Oktober dan Maret, sangat membutuhkan dorongan, dan pengambil kebijakan memberikan harapan pada consumer spending karena ekspor dan business morale telah tertekan oleh krisis utang zona euro.
• Pemerintah telah mengumumkan sejumlah skema yang bertujuan untuk mendukung lending dan infrastruktur pembelanjaan, sementara itu bank sentral telah mengindikasikan bahwa injeksi cash lainnya untuk mendukung perekonomian berada pada jalurnya.
• Anjloknya kinerja oleh peritel dan menguatnya manufaktur pada barang‐barang konsumen yang diungkapkan oleh survei industri, dimana menunjukkan perbaikan yang tidak diekspektasi pada factory orders Inggris bulan Juni, yang memberikan beberapa berita baik pada perekonomian.
• Inggris hanya satu kuartal mencapai rencananya untuk mengurangi defisit bujet dan memangkas pembelanjaan yang kemungkinan berlanjut hingga 2020, pejabat setempat mengatakannya pada media lokal Kamis lalu.
JAPAN
• Dolar AS mencapai level tertingginya dalam kurun 5‐pekan terakhir terhadap yen, ditunjang oleh buruknya rilis data ekonomi di berbagai negara maju dan kekecewaan pelaku pasar akan insignifikansi langkah The Fed dalam sidangnya tempo hari. Salah satu faktor yang turut mendukung pelemahan yen adalah disetujuinya pengangkatan dua nominasi anggota dewan BOJ yang mendukung kebijakan pelonggaran moneter. Hal ini meningkatkan ekspektasi bahwa BOJ akan melakukan ekspansi dalam program pembelian aset setidaknya pada sidangnya 12 Juli mendatang.
• Tingkat mood korporasi Jepang untuk periode Juni menjadi lebih pesimis untuk pertama kalinya dalam 4‐bulan terakhir, demikian berdasarkan jajak pendapat yang dilansir Reuters. Turunnya kepercayaan diri dan proyeksi bisnis tersebut antara lain dipengaruhi oleh memburuknya kondisi Eropa, penguatan yen dan kemungkinan perlambatan ekonomi Cina sebagai salah satu konsumen utama produk asal Jepang. Survey bulanan yang dilansir Reuters ini memiliki korelasi cukup tinggi dengan survey Tankan.
• BOJ diperkirakan tengah menyiapkan langkah tambahan guna mendukung pemulihan ekonomi Jepang terutama jika kondisi menghendaki, demikian berdasarkan pemaparan salah satu anggota BOJ – Koji Ishida. Ishida memang menyatakan bahwa ekonomi Jepang nampaknya akan memenuhi target dan proyeksi BOJ sebelumnya dengan pemulihan yang moderat, namun hal tersebut masih mungkin berbalik jika kondisi keuangan global memburuk. Untuk itu Ishida menambahkan bahwa BOJ akan menerapkan langkah tambahan untuk menopang pemulihan ekonomi Jepang.
• Hingga akhir sesi New York, dolar AS tercatat menguat 0,96 persen terhadap yen di 80.21, sementara itu euro anjlok 0,32 persen terhadap yen ke 100.63 yen. Sedangkan Aussie dolar tercatat melemah 0,54 persen terhadap yen di 80.51 dan sterling justru menguat 0,18 persen terhadap yen ke 125.05.
AUSTRALIA
• Sektor industri Australia nampaknya akan menghadapi kendala di kuartal saat ini akibat tingginya nilai tukar dan semakin suramnya prospek ekonomi global, demikian sebuah survey menunjukkan.
• Sebuah survey kuartalan dari Westpac and the Australian Chamber of Commerce and Industry (ACCI) menemukan aktifitas secara umum masih mengalami kontraksi di kuartal kedua.
• Survey untuk Actual Composite index of conditions tercatat 47.9 di kuartal kedua, level kontraksi selama 5 kali berturut‐turut. Sedangkan untuk Expected Composite index untuk melihat kondisi mendatang terlihat lebih baik di 51.7 dari 51.5, sesuai dengan ekspektasi terjadi pertumbuhan yang moderat dalam 3 bulan kedepan.
• Dolar secara umum menguat pada perdagangan hari Kamis menyusul rilis pesimis data ekonomi AS, Eropa dan Cina telah mendorong investor untuk menjauhi mata uang berimbal hasil lebih tinggi dan beralih memburu dolar yang dianggap sebagai mata uang yang lebih aman.
• Jobless claims mengindikasikan pasar tenaga kerja AS masih tertekan, sementara melambatnya sektor manufaktur AS dan melemahnya manufaktur global telah meningkatkan keengganan untuk mengoleksi aset beresiko.
• Mata uang berimbal hasil lebih tinggi mengalami tekanan setelah investor mencerna keputusan The Fed dan juga data manufaktur Cina yang melemah.
• Aussie turun 1.5% ke $1.0042, mundur dari level tertinggi 7 pekan di $1.0225 yang dicapai pada hari Rabu. Aussie mencatat intraday low setelah sebuah survey menunjukkan sektor manufaktur Cina mengalami kontraksi dalam 8 bulan berturut‐turut di periode Juni, dengan order ekspor berada pada level terlemahnya sejak awal 2009.
SWISS
• Swiss franc terkoreksi terhadap dolar setelah investor mengabaikan kemungkinan The Fed menggulirkan quantitative easing (QE) jlid 3 dan data perdagangan Swiss menunjukkan masih rendahnya minat global yang menyebabkan tertekannya ekspor.
• The Fed mengatakan pihaknya akan melanjutkan program Operation Twist dengan membeli $267 milyar obligasi jangka lebih panjang hingga akhir 2012, dimana langkah The Fed tersebut sebelumnya telah diantisipasi pasar.
• Rendahnya minat global juga telah memukul sektor ekspor Swiss yang turun 3.7% di bulan Mei, dengan nilai penjualan ke Eropa dan Asia turun masing‐masing 10% dan 4%.
• Buruknya data telah menekan sentimen investor Swiss, dengan kalangan analis memprediksi perlambatan ekonomi global akan menekan pertumbuhan ekonomi Swiss di semester kedua tahun ini, setelah menunjukkan pertumbuhan yang menakjubkan di kuartal pertama.
• Di sesi New York, dolar terus menguat dengan mencatat intraday high di 0.9583 franc dan kemudian bergerak di sekitar 0.9569. Sedangkan terhadap euro, Swiss franc bergerak stabil di sekitar 1.2009 franc.