title cover

title cover

Friday, June 22, 2012

Headline News 22.06.12




US & GLOBAL
Bursa  saham  global  melorot  2.0  persen  dan  Brent  crude  oil  ditutup  ke  level  terendahnya  dalam  18  bulan  Kamis  lalu  karena  data  menunjukkan  aktivitas  manufaktur  Cina,  Eropa  dan  AS  telah  melambat  kedepannya  yang  menandai  kekhawatiran  mengenai  melambatnya pertumbuhan (ekonomi) global.  

Data  yang  mengecewakan  berasal  sehari  setelah  the  Fed  memperluas  program  stimulus  moneter  yang  bertujuan  untuk  mendorong  perekonomian AS.  

Aktivitas  bisnis  diseantero  zona  euro  merosot  kedalam  rangkaian  lima  bulannya  pada  bulan  Juni  dan  manufaktur  Cina  mengalami  kontraksi, sementara itu melemahnya permintaan luar negeri memperlambat pertumbuhan sektor factory AS, survei menunjukkannya.  

Bursa saham AS mencatatkan kinerja harian terburuknya dalam tiga minggu, ditambah setelah Goldman Sachs menekan pada indeks S&P  500. Indeks Dow Jones industrial average <.DJI> anjlok 250.82 poin, atau 1.96 persen, untuk ditutup ke level 12,573.57. Indeks Standard  & Poor's 500 <.SPX> merosot 30.18 poin, atau 2.23 persen, ke level 1,325.51. Indeks Nasdaq Composite <.IXIC> melorot 71.36 poin, atau  2.44 persen, ke level 2,859.09.   

Bursa saham dunia yang diukur oleh indeks MSCI's global equity <.MIWD00000PUS>, turun 1.8 persen dan bursa saham Eropa <.FTEU3>  ditutup anjlok 0.5 persen.  

Harga Treasuries AS naik Kamis lalu karena data mencatatkan perlambatan pada perekonomian AS, sehari setelah the Fed mengatakan  bahwa siap untuk melakukan usaha yang lebih dalam membantu meningkatkan recovery yang rapuh.  

Euro anjlok ke level terendahnya $1.2529 <EUR=> pada data Reuters, jauh dibawah level tertinggi Rabu sebelumnya $1.2743. Terakhir  berada pada level $1.2541, turun 1.3 persen, level harian terburuknya sejak pertengahan Desember.   

Emas anjlok 2.5 persen Kamis lalu, diambang menghapus kenaikannya tahun ini karena mengemukanya kembali ketakutan perlambatan  ekonomi global dan kekecewaan berkenaan dengan kurang agresifnya stimulus the Fed yang menekan ketertarikan pada logam mulia  sebagai lindung nilai dibandingkan dengan inflasi. Spot emas <XAU=> merosot 2.5 persen ke level $1,566 per ons pada pukul 1905 GMT,  yang pada awalnya tertekan ke level terendahnya $1,563.88 per ons.   

Pada  pasar  oil,  Brent  crude  <LCOc1>  anjlok  ke  dalam  rangkaian  empat  harinya  untuk  ditutup  ke  level  terendahnya  dalam  18  bulan.  August Brent crude <LCOQ2> ditutup ke level $89.23 per barrel, turun $3.46, atau 3.7 persen, dan mencatatkan settlement terendahnya  pada  front‐month  Brent  sejak  1  Des.,  2010.  NYMEX  crude  untuk  pengiriman  bulan  Agustus  <CLQ2>  ditutup  ke  level  $78.20,  melorot  $3.25, atau 4 persen, yang mencatatkan settlement terendahnya pada front‐month U.S. crude sejak 4 Okt., 2011. 

GOLD & COMMODITIES
Emas  merosot  2.5%  pada  hari  Kamis  dipicu  tumbuhnya  kekhawatiran  perlambatan  ekonomi  global  dan  kekcewaan  terhadap  langkah  stimulus The Fed yang kurang agresif sehingga menyurutkan minat pada emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. 

Emas mencatat koreksi harian tertajamnya tahun ini. Emas telah mengalami tekanan jual sejak Rabu kemarin setelah The Fed mengakhiri  sidangnya  tanpa  menggulirkan  program  quantitative  easing  jilid  3  namun  menggantinya  dengan  memperpanjang  prgram  pembelian  obligasi jangka panjang untuk menurunkan suku bunga jangka panjang yang dikenal dengan istilah "Operation Twist."   

Perak turun lebih dari 4%, menyusul Brent crude oil yang anjlok lebih dari 3% ke level terendah 18 bulan dan juga melemahnya bursa  Wall Street. Tekanan jual di hari Kamis pada aset global telah mengurangi minat beli emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. 

Kekhawatiran terhadap deflasi telah menyuramkan prospek emassetelah beberapa laporan menunjukkan kondisi sektor manufaktur AS  yang  mengecewakan,  menurunnya  sektor  manufaktur  Cina  dan  melambatnya  aktifitas  bisnis  di  zona  euro.  Data  terasebut  telah  menambah  kekhawatiran bahwa  krisis  Eropa  dan  melemabtnya  pertumbuhan ekonomi AS  dan Asia berpotensi  memperburuk  kondisi  ekonomi global. 

Emas spot turun 2.6% ke $1,564.40 per ounce, setelah mencatat intraday low di $1,563.88 per ounce. Sedangkan emas berjangka COMEX  pengiriman Agustus turun $50.20 per ounce di $1,565.60. Sementara perak turun 4.4% di $26.85 per ounce. 

Lemahnya permintaan emas fisik dari India juga turut menekan harga emas. Anjloknya nilai tukar rupee ke level terendahnya terhadap  dolar telah membuat harga emas menjadi lebih mahal, sehingga mengurangi minat beli investor. 




OIL & COMMODITIES
Brent crude oil turun hampir 4% ditengah perdagangan yang ramai di hari Kamis, turun di bawah $90 per barel untuk pertama kalinya  dalam 18 bulan dipicu buruknya data ekonomi Cina, AS dan Eropa, yang mengisyartakan prospek melemahnya permintaan.  Brent telah terkoreksi hampir $40 per barel sejak menemus $128.40 di awal Mei, menyusul naiknya kuota produksi minyak Arab Saudi  yang memicu naiknya stok minyak. 

Adapun komoditas lainnya juga jatuh seiring suramnya kondisi ekonomi global telah menurunkan minat untuk bahan mentah. 

Di bursa London, Brent untuk pengiriman Agustus berakhir melemah $3.46 di $89.23 per barel, level penutupan terendahnya untuk Brent  sejak Desember 2010. Brent mencatat intraday low $88.90, juga merupakan level intraday terendahnya sejak Desember 2010.  Sementara untuk U.S. August crude turun $3.25 ke $78.20 per barel, level penutupan terendahnya sejak 4 Oktober 2011. 

Dolar secara umum menguat pada perdagangan hari Kamis menyusul rilis pesimis data ekonomi AS, Eropa dan Cina telah mendorong  investor untuk menjauhi mata uang berimbal hasil lebih tinggi dan beralih memburu dolar yang dianggap sebagai mata uang yang lebih  aman.  

Jobless claims mengindikasikan pasar tenaga kerja AS masih tertekan, sementara melambatnya sektor manufaktur AS dan melemahnya  manufaktur global telah meningkatkan keengganan untuk mengoleksi aset beresiko.


EURO ZONE
Euro melemah tehadap dolar AS dan mencetak performa harian terburuknya sejak lebih dari 3‐bulan terakhir, disebabkan buruknya rilis data ekonomi  global yang meningkatkan kekecewaan para pelaku pasar terhadap keputusan The Fed yang dinilai kurang signifikan. Kondisi ini kemudian menurunkan  minat investor terhadap aset beresiko dan sebaliknya mengalihkannya kepada aset berstatus safe haven terutama dolar AS. Yang menopang kinerja dolar  AS  adalah  diantaranya  rilis  data  jobless  claims  Amerika  yang  memburuk,  menguatkan  indikasi  bahwa  pasar  ketenagakerjaan  di  negara  tersebut masih  belum sepenuhnya bangkit, serta data sektor manufaktur yang juga melemah.  

Turut menekan kinerja euro secara khusus, adalah buruknya data sektor jasa Jerman untuk periode Juni yang mengalami pelemahan dalam dua bulan  beruntun, diwarnai aktifitas sektor manufaktur ekonomi terbesar Eropa tersebut yang mencapai level terendahnya sejak 3‐bulan terakhir. Buruknya data  Uni Eropa tersebut meningkatkan spekulasi bahwa ECB pada akhirnya akan memangkas suku bunga acuan. 

Pejabat ofisial pemerintah Spanyol menegaskan bahwa permintaan resmi untuk bantuan bagi sektor perbankan Spanyol akan diajukan dalam beberapa  hari kedepan, dan detail mengenai segala sesuatunya akan diselesaikan pada akhir Juli. 

  Hingga akhir sesi New York, euro tercatat melemah tajam 1,28 persen terhadap dolar AS ke 1.2541,  euro juga anjlok 0,32 persen terhadap yen ke 100.63  yen,  dan  melemah  0,49  persen  terhadap  sterling  ke  0.8043.  Sedangkan  terhadap  Swiss  franc,  euro  tercatat  mengalami  penguatan  tipis  0,02  ke  level  1.2010.




U.K.
Penjualan  ritel  Inggris  menguat  kembali  pada  bulan  Mei  setelah  anjlok  pada  April  karena  cuaca  panas  mendorong  para  pembelanja  untuk  membeli pakaian dan sepatu, menaikkan harapan bahwa negara kemungkinan belum menghindari kemerosotan jangka panjang.  

Inggris  yang  anjlok  ke  dalam  resesi  keduanya  dalam  empat  tahun  antara  bulan  Oktober  dan  Maret,  sangat  membutuhkan  dorongan,  dan  pengambil kebijakan  memberikan harapan pada consumer spending karena  ekspor dan business morale telah tertekan oleh krisis utang zona  euro.  

Pemerintah  telah  mengumumkan  sejumlah  skema  yang  bertujuan  untuk  mendukung  lending  dan  infrastruktur  pembelanjaan,  sementara  itu  bank sentral telah mengindikasikan bahwa injeksi cash lainnya untuk mendukung perekonomian berada pada jalurnya.  

Anjloknya  kinerja  oleh  peritel  dan  menguatnya  manufaktur  pada  barang‐barang  konsumen  yang  diungkapkan  oleh  survei  industri,  dimana  menunjukkan  perbaikan  yang  tidak  diekspektasi  pada  factory  orders  Inggris  bulan  Juni,  yang  memberikan  beberapa  berita  baik  pada  perekonomian.  

Inggris  hanya  satu  kuartal  mencapai  rencananya  untuk  mengurangi  defisit  bujet  dan  memangkas  pembelanjaan  yang  kemungkinan  berlanjut  hingga 2020, pejabat setempat mengatakannya pada media lokal Kamis lalu.  




JAPAN
Dolar AS mencapai level tertingginya dalam kurun 5‐pekan terakhir terhadap yen, ditunjang oleh buruknya rilis data ekonomi di berbagai negara maju dan  kekecewaan pelaku pasar akan insignifikansi langkah The Fed dalam sidangnya tempo hari. Salah satu faktor yang turut mendukung pelemahan yen adalah  disetujuinya pengangkatan dua nominasi anggota dewan BOJ yang mendukung kebijakan pelonggaran moneter. Hal ini meningkatkan ekspektasi bahwa  BOJ akan melakukan ekspansi dalam program pembelian aset setidaknya pada sidangnya 12 Juli mendatang.  

Tingkat  mood  korporasi  Jepang  untuk  periode  Juni  menjadi  lebih  pesimis  untuk  pertama  kalinya  dalam  4‐bulan  terakhir,  demikian  berdasarkan  jajak  pendapat  yang  dilansir  Reuters.  Turunnya  kepercayaan  diri  dan  proyeksi  bisnis  tersebut  antara  lain  dipengaruhi  oleh  memburuknya  kondisi  Eropa,  penguatan  yen  dan  kemungkinan  perlambatan  ekonomi  Cina  sebagai  salah  satu  konsumen  utama  produk  asal  Jepang.  Survey  bulanan  yang  dilansir  Reuters ini memiliki korelasi cukup tinggi dengan survey Tankan. 

BOJ  diperkirakan  tengah  menyiapkan  langkah  tambahan  guna  mendukung  pemulihan  ekonomi  Jepang  terutama  jika  kondisi  menghendaki,  demikian  berdasarkan pemaparan salah satu anggota BOJ – Koji Ishida. Ishida memang menyatakan bahwa ekonomi Jepang nampaknya akan memenuhi target dan  proyeksi BOJ sebelumnya dengan pemulihan yang moderat, namun hal tersebut masih mungkin berbalik jika kondisi keuangan global memburuk. Untuk  itu Ishida menambahkan bahwa BOJ akan menerapkan langkah tambahan untuk menopang pemulihan ekonomi Jepang.  

Hingga akhir sesi New York, dolar AS tercatat menguat 0,96 persen terhadap yen di 80.21, sementara itu euro anjlok 0,32 persen terhadap yen ke 100.63  yen.  Sedangkan  Aussie  dolar  tercatat  melemah  0,54  persen  terhadap  yen  di  80.51  dan  sterling  justru  menguat  0,18  persen  terhadap  yen  ke  125.05. 




AUSTRALIA
Sektor  industri  Australia  nampaknya  akan  menghadapi  kendala  di  kuartal  saat  ini  akibat  tingginya  nilai  tukar  dan  semakin  suramnya  prospek  ekonomi  global, demikian sebuah survey menunjukkan. 

Sebuah survey kuartalan dari Westpac and the Australian Chamber of Commerce and Industry (ACCI) menemukan aktifitas secara umum masih mengalami  kontraksi di kuartal kedua. 

Survey untuk Actual Composite index of conditions tercatat 47.9 di kuartal kedua, level kontraksi selama 5 kali berturut‐turut. Sedangkan untuk Expected  Composite index untuk melihat kondisi mendatang terlihat lebih baik di 51.7 dari 51.5, sesuai dengan ekspektasi terjadi pertumbuhan yang moderat dalam  3 bulan kedepan. 

Dolar  secara  umum  menguat  pada  perdagangan  hari  Kamis  menyusul  rilis  pesimis  data  ekonomi  AS,  Eropa  dan  Cina  telah  mendorong  investor  untuk  menjauhi mata uang berimbal hasil lebih tinggi dan beralih memburu dolar yang dianggap sebagai mata uang yang lebih aman.  

Jobless claims mengindikasikan pasar tenaga kerja AS masih tertekan, sementara melambatnya sektor manufaktur AS dan melemahnya manufaktur global  telah meningkatkan keengganan untuk mengoleksi aset beresiko. 

Mata uang berimbal hasil lebih tinggi mengalami tekanan setelah investor mencerna keputusan The Fed dan juga data manufaktur Cina yang melemah. 

Aussie turun 1.5% ke $1.0042, mundur dari level tertinggi 7 pekan di $1.0225 yang dicapai pada hari Rabu. Aussie mencatat intraday low setelah sebuah  survey menunjukkan sektor manufaktur Cina mengalami kontraksi dalam 8 bulan berturut‐turut di periode Juni, dengan order ekspor berada pada level  terlemahnya sejak awal 2009. 




SWISS
Swiss franc terkoreksi terhadap dolar setelah investor mengabaikan kemungkinan The Fed menggulirkan quantitative easing (QE) jlid 3  dan data perdagangan Swiss menunjukkan masih rendahnya minat global yang menyebabkan tertekannya ekspor. 

The Fed mengatakan pihaknya akan melanjutkan program Operation Twist dengan membeli $267 milyar obligasi jangka lebih panjang  hingga akhir 2012, dimana  langkah The Fed tersebut sebelumnya telah diantisipasi pasar. 

Rendahnya minat global juga telah memukul sektor ekspor Swiss yang turun 3.7% di bulan Mei, dengan nilai penjualan ke Eropa dan Asia  turun masing‐masing 10% dan 4%. 

Buruknya data telah menekan sentimen investor Swiss, dengan kalangan analis memprediksi perlambatan ekonomi global akan menekan  pertumbuhan ekonomi Swiss di semester kedua tahun ini, setelah menunjukkan pertumbuhan yang menakjubkan di kuartal pertama. 

Di  sesi  New  York,  dolar  terus  menguat  dengan  mencatat  intraday  high  di  0.9583  franc  dan  kemudian  bergerak  di  sekitar  0.9569.  Sedangkan terhadap euro, Swiss franc bergerak stabil di sekitar 1.2009 franc.