title cover
Monday, May 9, 2011
Headline News 09.05.11
US & GLOBAL
• Aksi sell‐off di bursa komoditas minggu lalu seketika membawa ‘situasi dingin’ di pasar financial yang membuat investor dirundung kehatihatian.
Musim pengetatan moneter perbankan di Eropa dan sejumlah negara‐negara berkembang, terutama Cina, mengundang kembali kekhawatiran investor terhadap prospek pemulihan ekonomi. Harga komoditas silver dan minyak mentah anjlok secara dramatis minggu lalu, dan bahkan penurunan di hari Kamis minggu lalu merupakan rekor penurunan terbesar untuk kapasitas harian. Harga minyak mentah dunia merosot hingga 17% di minggu lalu, yang juga merupakan rekor tekanan mingguan terbesar, sedangkan indeks seluruh komoditas (CRB) Jefferies Reuters, patokan komoditas global, turun lebih dari 8%, sebuah penurunan mingguan terbesarnya sejak Juli 2008. Meskipun tekanan ini terlihat lebih didorong oleh aksi spekulatif unwinding‐position (likuidasi dari maraknya aksi beli sebelumnya) ketimbang perubahan sentimen,
namun itu ternyata cukup untuk mendorong investor untuk melakukan scale‐back (mengurangi) kepemilikan mereka terhadap aset‐aset beresiko.
• Dalam beberapa sesi perdagangan terakhir rilis data ekonomi mayoritas dirilis tidak sesuai harapan positif pasar, ditandai dengan rilis survei global yang menunjukkan pertumbuhan manufaktur di Amerika Serikat dan China yang melambat pada bulan April. Pasar komoditas pun merosot secara bersamaan akibat reaksi spekulatif yang muncul karena sebelumnya juga terjadi penguatan harga yang signifikan. Analis menilai
bahwa untuk riil‐investor sebenarnya rilis data ekonomi yang kurang optimis tidak cukup signifikan mempengaruhi perubahan alokasi aset mereka. Dan nampaknya pasar akan kembali dalam pandangan yang netral jika kondisi tidak terus diperburuk (oleh data ekonomi maupun isu sesaat).
• Di perdagangan ke depan pasar akan berpotensi dipengaruhi oleh rilis data dan peristiwa ekonomi di Cina, yang memiliki serangkaian pengetatan moneter untuk meredam inflasi sehingga mengangkat kegelisahan terhadap prospek pertumbuhan negara dengan ekonomi terbesar ke‐2 dunia untuk saat ini. Di awali dengan forum pertemuan dialog ekonomi Cina‐AS yang dimulai hari Senin ini, dan kemudian akan diikuti dengan rilis trade balance, inflasi, industrial production dan retail sales Cina di minggu ini.
• Sementara itu, kita bisa melihat korelasi tinggi antara ekuitas dan komoditas, karena efek permintaan yang datang dari negara‐negara berkembang, dan ini memberikan kontribusi tekanan yang juga terjadi di bursa saham dunia. Indeks saham MSCI untuk negara‐negara berkembang mengalami tekanan yang menelan hampir semua perolehan kenaikan mereka sejak Januari, sementara bursa saham negara negara maju merosot lebih dari 3% dari areal puncak tertinggi mereka selama 3 tahun yang dicapai minggu lalu. Hal ini nampaknya akan memberikan gambaran yang cukup rumit pada kinerja bursa saham di perdagangan ke depan – ada perkiraan bahwa akan terjadi gerak sideways (flat) dalam waktu yang panjang sebelum kenaikan berlanjut kembali. Sementara tekanan jual kemungkinan tidak akan berlanjut lebih tajam, karena tidak banyak peluang yang menjanjikan pada aset‐aset lain.
• Cina telah menaikkan suku bunga 4 kali dan persyaratan cadangan modal bank 7 kali sejak Oktober, sebagai upaya melawan laju inflasi tinggi.
Pemerintah Cina bahkan ‘rela’ menguatkan mata uang yuan <CNY=> terhadap dolar, yang kemudian mengantarnya ke rekor penguatan berkelanjutan. Banyak estimasi yang mengatakan bahwa mata uang yuan Cina akan terus menguat secara stabil tahun ini. Bank‐bank sentral di Korea, Chili dan Polandia diperkirakan akan menaikkan suku bunga di pertemuan kebijakan mereka pada minggu ini, mengikuti jejak Rusia dan
India yang menaikkannya minggu lalu.
• EURUSD tenggelam 1,2% hingga $1,435 pada hari Jumat setelah majalah Jerman Der Spiegel melaporkan Yunani telah dianggap keluar dari zona euro, yang bisa memperburuk kondisi pasar, terutama untuk sektor perbankan, dan terutama jika Uni Eropa menyatakan Yunani mengalami default terhadap utang‐utangnya. Hal inilah yang kemungkinan besar akan terjadi, jika memang Yunani menginginkan untuk meninggalkan Zona Eropa.
• Sementara bursa saham AS sempat melonjak lebih dari 1% di awal sesi Jumat setelah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan penambahan 244.000 untuk non‐farm payrolls April, tertinggi selama 11 bulan dan jauh di atas estimasi pasar (186.000). Namun meningkatnya kembali krisis utang Eropa (isu Yunani) menghambat kenaikan, meskipun 3 indeks utama bursa saham AS masih mampu ditutup naik. Indeks saham MSCI untuk negara‐negara dunia ditutup flat Jumat tersebut. Indeks bursa saham Eropa FTSEurofirst 300 <.FTEU3> bahkan ditutup naik 1,2%.
GOLD & COMMODITIES
• Silver melonjak 4 persen Jumat lalu, menekan penurunan dalam lima harinya berturut‐turut yang memangkas harga hampir sepertiganya, sementara itu emas naik setelah terdorong oleh data jobs AS yang memicu meluasnya penguatan yang sempat menekan komoditas.
• Meskipun terjadi rally Jumat lalu, silver menghadapi minggu terburuknya sejak the Hunt Brothers collapse tahun 1980 setelah anjlok 25 persen minggu ini karena tingginya futures margin requirements yang mendorong spekulator untuk melepas bullish positions.
• Spot silver <XAG=> pada awalnya diperdagangkan melemah ke level $33.16, level terendahnya sejak 25 Feb., ditekan oleh aksi jual setelah merosot 12 persen Kamis lalu. Telah naik 4.5 persen ke level $36.22 pada pukul 11:23 a.m. EDT (1523 GMT).
• Spot gold <XAU=> naik 1.6 persen ke level $1494,97 per ons, masih jauh dibawah level tertingginya yang pernah terjadi $1575,79 yang tercatat 2 Mei lalu.
• COMEX June gold futures <GCM1>, yang telah mencapai level terendahnya Kamis lalu, naik $13.90 ke level $1495,30.
• India, pembeli terbesar bullion/emas didunia, membawa penurunan emas sebelumnya untuk naik pada aksi buy dari perayaan Akshaya Tritiya, salah satu major gold‐buying festivals, dan karena musim menikah di India secara bersamaan.
• Precious metals menguat karena dollar AS anjlok terhadap euro setelah laporan data jobs AS.
Subscribe to:
Posts (Atom)