Jepang - Export & Import (Maret)
Tingkat ekspor Jepang periode Maret merosot tajam -2,2% (Y/Y) dari bulan sebelumnya, dan ini merupakan penurunan pertamanya selama 16 bulan untuk basis tahunan, yang disinyalir
sebagai dampak dari bencana gempa dan tsunami besar yang menerjang Jepang saat itu.
Impornya di periode Maret naik 11,9%, sementara surplus
Trade Balance-nya merosot hingga 196,5 milyar yen, jauh di bawah perkiraan 493,6 milyar yen dari polling Reuters.
Para ekonom memproyeksikan ekspor Jepang akan terus mengalami penurunan di bulan-bulan mendatang dan mengkhawatirkan bakal terjadinya defisit perdagangan di Jepang,
menyusul masih adanya gangguan produksi karena kebocoran di PLTN Fukushima menyebabkan tidak stabilnya penyebaran arus listrik – termasuk ke pabrik-pabrik di sana.
Selain itu dampak gempa-tsunami besar Jepang tersebut telah terkonfirmasi menelan harta benda senilai $300 milyar, ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal dan menelan korban
jiwa sekitar 14 ribu orang. Secara material ini merupakan dampak gempa terbesar di dunia, yang tidaklah mengherankan jika beresiko mengguncang ekonomi Jepang dan juga global.
Perlu diwaspadai guncangan ekonomi Jepang yang beresiko mempengaruhi kinerja pasar finansial lokalnya dan juga global tahun ini
title cover
Wednesday, April 20, 2011
Headline News 20.04.11
US & GLOBAL
• Bursa saham dunia naik pada hari Selasa mengurangi tekanan Senin sebelumnya, namun kekhawatiran krisis utang di AS dan Eropa serta
sinyal baru bahaya inflasi di Cina masih menahan minat terhadap aset‐aset beresiko. Lemahnya dolar AS mendorong naiknya harga emas
<XAU=> ke level rekor tertingginya di atas $1.500/troy ounce serta memicu kenaikan harga minyak di New York <CLc1> ke atas level
$108/barel. Harga Silver <XAG=> juga naik ke level tertinggi 31 tahun di $44/ounce.
• Sementara laporan keuangan perusahaan yang solid, setelah downgrade S&P terhadap outlook utang AS Senin, sempat mendorong
investor kembali melakukan aksi beli di bursa saham dan sejumlah aset beresiko.
• Berlarut‐larutnya pembahasan proposal pemerintah AS untuk menekan defisit $14 trilyun dan spekulasi terhadap restrukturisasi utang
Yunani semestinya masih akan memberikan tekanan di bursa saham, meskipun laporan keuangan perusahaan sekelas Apple nanti dirilis
optimis.
• Indeks bursa saham dunia yang tergabung dalam indeks MSCI naik 0,6 persen, mengurangi tekanan 1,6% Senin sebelumnya yang
merupakan tekanan harian terbesar selama sebulan.
• Laporan keuangan perusahaan yang lebih optimis dari perkiraan, seperti dari Goldman Sachs dan Johnson & Johnson memicu aksi beli di
bursa saham AS semalam setelah tertekan lebih dari 1% Senin akibat kekhawatiran utang. Bursa saham Eropa pun naik 0,4% karena
membaiknya laporan keuangan perusahaan dari LVMH dan Burberry setelah tekanan 2% Senin sebelumnya.
• Kegelisahan Investor terus mengemuka di tengah kemungkinan restrukturisasi utang Yunani, yang memicu ketegangan di Zona Eropa
saat ini. Yunani telah menjual obligasi 3 bulan senilai €1,6 milyar namun terpaksa harus membayar yield‐nya lebih dari 4% ‐ atau lebih
dari 4 kali lipat dari kewajiban pembayaran yield Jerman selaku negara dengan ekonomi terbesar di Zona Eropa.
• Indeks dolar AS terhadap mata uang utama dunia akhirnya tergelincir 0,6% Selasa kemarin setelah sempat menguat Senin sebelumnya
karena naiknya peran safe‐haven di tengah turunnya minat terhadap aset‐aset beresiko karena downgrade S&P terhadap outlook utang
AS.
• Isu S&P juga tampak tidak berpengaruh langsung pada Cina, yang memiliki holding asset Treasury AS terbesar. Namun kepala bank
sentral Cina sempat mengatakan seharusnya melakukan diversifikasi investasi karena sejumlah holding‐nya senilai $3 trilyun dalam
valuta asing telah bertumbuh terlalu besar. Pejabat bank sentral Cina lainnya mengungkapkan mengenai tingkat inflasi yang kini
memberikan ruang lebih besar untuk lebih lanjut memperketat kebijakan moneternya, yakni kenaikan rasio cadangan modal perbankan
yang telah dinaikkan 7 kali (termasuk 4 kali sepanjang 2011) sejak Oktober 2010.
• EUR/USD rebound kembali ke atas areal 1.4300‐an, terbantu sebagian oleh positifnya data ekonomi Zona Eropa. EUR/USD mengalami
koreksi cukup tajam, hingga ke 1.4159, setelah penguatannya yang mencapai level tertinggi 15 bulan, di 1.4520 minggu lalu.
GOLD & COMMODITIES
• Emas mencapai level tertingginya sepanjang masa yang mendekati level $1500 per ons dalam dua harinya berturut‐turut Selasa lalu,
dengan hasrat pada resiko anjlok setelah Standard & Poor's memangkas outlook AS dan permasalahan sovereign debt zona euro yang
mengemuka kembali.
• Harga pada awalnya naik ke level tertingginya $1497,86 karena dollar merosot, tepat diatas level yang tercapai sebelumnya setelah
pengumuman S&P yang menekan pasar. Emas kemudian melemah kembali setelah mencapai resistance pada level tertingginya.
• Spot gold <XAU=> diperdagangkan pada level $1492,59 per ons pada pukul 1344 GMT, terhadap level $1495,08 pada penutupan New
York Senin lalu. U.S. gold futures untuk pengiriman bulan Juni <GCv1> naik 30 sen ke level $1493,30.
• Afshin Nabavi, kepala trading pada MKS Finance di Geneva, mengatakan emas didorong oleh safe‐haven buying.
• "Gold, silver and (the Swiss franc) are all attracting lots of attention," ungkapnya. "Every corner of the world you look at, there is a
problem politically or economically."
• Euro sedikit menguat terhadap dollar AS Selasa lalu setelah sell‐off sehari sebelumnya, tetapi permasalahan debt pada zona euro tetap
mengkhawatirkan investor pada mata uang tunggal tersebut.
• Silver <XAG=> juga bertahan mendekati level tertinggi dalam 31‐tahun sehari sebelumnya $43.51 per ons, yang terakhir diperdagangkan
pada level $43.20 per ons terhadap level $43.32 Senin sebelumnya.
• Silver telah outperformed pada gold tahun ini, naik 40 persen sejauh ini terhadap peningkatan gold yang 5 persen. Rasio gold:silver
melemah dalam 28‐tahun terendahnya yang dibawah 35 Senin lalu.
• Bursa saham dunia naik pada hari Selasa mengurangi tekanan Senin sebelumnya, namun kekhawatiran krisis utang di AS dan Eropa serta
sinyal baru bahaya inflasi di Cina masih menahan minat terhadap aset‐aset beresiko. Lemahnya dolar AS mendorong naiknya harga emas
<XAU=> ke level rekor tertingginya di atas $1.500/troy ounce serta memicu kenaikan harga minyak di New York <CLc1> ke atas level
$108/barel. Harga Silver <XAG=> juga naik ke level tertinggi 31 tahun di $44/ounce.
• Sementara laporan keuangan perusahaan yang solid, setelah downgrade S&P terhadap outlook utang AS Senin, sempat mendorong
investor kembali melakukan aksi beli di bursa saham dan sejumlah aset beresiko.
• Berlarut‐larutnya pembahasan proposal pemerintah AS untuk menekan defisit $14 trilyun dan spekulasi terhadap restrukturisasi utang
Yunani semestinya masih akan memberikan tekanan di bursa saham, meskipun laporan keuangan perusahaan sekelas Apple nanti dirilis
optimis.
• Indeks bursa saham dunia yang tergabung dalam indeks MSCI naik 0,6 persen, mengurangi tekanan 1,6% Senin sebelumnya yang
merupakan tekanan harian terbesar selama sebulan.
• Laporan keuangan perusahaan yang lebih optimis dari perkiraan, seperti dari Goldman Sachs dan Johnson & Johnson memicu aksi beli di
bursa saham AS semalam setelah tertekan lebih dari 1% Senin akibat kekhawatiran utang. Bursa saham Eropa pun naik 0,4% karena
membaiknya laporan keuangan perusahaan dari LVMH dan Burberry setelah tekanan 2% Senin sebelumnya.
• Kegelisahan Investor terus mengemuka di tengah kemungkinan restrukturisasi utang Yunani, yang memicu ketegangan di Zona Eropa
saat ini. Yunani telah menjual obligasi 3 bulan senilai €1,6 milyar namun terpaksa harus membayar yield‐nya lebih dari 4% ‐ atau lebih
dari 4 kali lipat dari kewajiban pembayaran yield Jerman selaku negara dengan ekonomi terbesar di Zona Eropa.
• Indeks dolar AS terhadap mata uang utama dunia akhirnya tergelincir 0,6% Selasa kemarin setelah sempat menguat Senin sebelumnya
karena naiknya peran safe‐haven di tengah turunnya minat terhadap aset‐aset beresiko karena downgrade S&P terhadap outlook utang
AS.
• Isu S&P juga tampak tidak berpengaruh langsung pada Cina, yang memiliki holding asset Treasury AS terbesar. Namun kepala bank
sentral Cina sempat mengatakan seharusnya melakukan diversifikasi investasi karena sejumlah holding‐nya senilai $3 trilyun dalam
valuta asing telah bertumbuh terlalu besar. Pejabat bank sentral Cina lainnya mengungkapkan mengenai tingkat inflasi yang kini
memberikan ruang lebih besar untuk lebih lanjut memperketat kebijakan moneternya, yakni kenaikan rasio cadangan modal perbankan
yang telah dinaikkan 7 kali (termasuk 4 kali sepanjang 2011) sejak Oktober 2010.
• EUR/USD rebound kembali ke atas areal 1.4300‐an, terbantu sebagian oleh positifnya data ekonomi Zona Eropa. EUR/USD mengalami
koreksi cukup tajam, hingga ke 1.4159, setelah penguatannya yang mencapai level tertinggi 15 bulan, di 1.4520 minggu lalu.
GOLD & COMMODITIES
• Emas mencapai level tertingginya sepanjang masa yang mendekati level $1500 per ons dalam dua harinya berturut‐turut Selasa lalu,
dengan hasrat pada resiko anjlok setelah Standard & Poor's memangkas outlook AS dan permasalahan sovereign debt zona euro yang
mengemuka kembali.
• Harga pada awalnya naik ke level tertingginya $1497,86 karena dollar merosot, tepat diatas level yang tercapai sebelumnya setelah
pengumuman S&P yang menekan pasar. Emas kemudian melemah kembali setelah mencapai resistance pada level tertingginya.
• Spot gold <XAU=> diperdagangkan pada level $1492,59 per ons pada pukul 1344 GMT, terhadap level $1495,08 pada penutupan New
York Senin lalu. U.S. gold futures untuk pengiriman bulan Juni <GCv1> naik 30 sen ke level $1493,30.
• Afshin Nabavi, kepala trading pada MKS Finance di Geneva, mengatakan emas didorong oleh safe‐haven buying.
• "Gold, silver and (the Swiss franc) are all attracting lots of attention," ungkapnya. "Every corner of the world you look at, there is a
problem politically or economically."
• Euro sedikit menguat terhadap dollar AS Selasa lalu setelah sell‐off sehari sebelumnya, tetapi permasalahan debt pada zona euro tetap
mengkhawatirkan investor pada mata uang tunggal tersebut.
• Silver <XAG=> juga bertahan mendekati level tertinggi dalam 31‐tahun sehari sebelumnya $43.51 per ons, yang terakhir diperdagangkan
pada level $43.20 per ons terhadap level $43.32 Senin sebelumnya.
• Silver telah outperformed pada gold tahun ini, naik 40 persen sejauh ini terhadap peningkatan gold yang 5 persen. Rasio gold:silver
melemah dalam 28‐tahun terendahnya yang dibawah 35 Senin lalu.
Japan exports fall after quake, further fall likely
TOKYO (Reuters) - Japan's exports fell in March from a year earlier at a faster pace than economists expected, in a sign that shipments will continue to weaken and hurt economic growth after last month's earthquake and tsunami sparked a nuclear crisis and disrupted supply chains for many manufacturers.
A further decline in exports will likely push Japan's trade balance into a deficit and weigh on gross domestic product, economists say, as companies struggle with a shortage of electricity and parts needed to make goods in the wake of the March 11 natural disaster that struck Japan's northeast coast.
Japan's economy is likely to contract in the second quarter and then resume growing in the third quarter as efforts to rebuild the northeast take hold, but damage to supply chains and factory output could linger, depriving the export-focused country of a vital contribution to gross domestic product and setting the stage for further easing by the central bank.
"As supply chains are expected to recover in late May, the drop in exports may prove short-lived," said Yuichi Kodama, economist at Meiji Yasuda Life Insurance.
"But due to power supply constraints expected in the summer, a full pickup in exports is unlikely until at least the end of this year. The Bank of Japan is likely to be prompted to ease its policy further in coming months."
POWER SUPPLY CONSTRAINTS
Exports fell 2.2 percent in March from a year earlier, more than a median forecast for a 1.5 percent annual fall. That marked the first decline in 16 months. Imports rose 11.9 percent from a year earlier against a forecast for a 6.0 percent annual rise, trade data issued by the Finance Ministry showed.
Exports of cars tumbled 27.8 percent from a year earlier, making the biggest contribution to the decline in overall exports. Semiconductors and electronics fell 6.9 percent from a year ago.
Among Japan's two major export destinations, shipments to China rose an annual 3.8 percent while shipments to the United States fell an annual 3.4 percent.
The trade balance came to a surplus of 196.5 billion yen, much less than the median estimate for a 493.6 billion yen surplus.
Japan is facing its worst crisis since World War Two after a 9.0 magnitude earthquake and a tsunami towering more than 10 meters battered its northeast coast on March 11, leaving nearly 28,000 dead or missing and triggering radiation leaks at a nuclear power plant.
Shortages of electricity and important parts that manufacturers need to make their goods point to the possibility of deep and long-running output disruptions from Japan that could also hobble factories elsewhere in the world.
Japan's economy is expected to contract in the current quarter but will grow again in July-September on reconstruction efforts, a Reuters poll showed. Some economists say gross domestic product may have contracted in January-March, meaning three straight quarters of contraction to June cannot be ruled out.
A further decline in exports will likely push Japan's trade balance into a deficit and weigh on gross domestic product, economists say, as companies struggle with a shortage of electricity and parts needed to make goods in the wake of the March 11 natural disaster that struck Japan's northeast coast.
Japan's economy is likely to contract in the second quarter and then resume growing in the third quarter as efforts to rebuild the northeast take hold, but damage to supply chains and factory output could linger, depriving the export-focused country of a vital contribution to gross domestic product and setting the stage for further easing by the central bank.
"As supply chains are expected to recover in late May, the drop in exports may prove short-lived," said Yuichi Kodama, economist at Meiji Yasuda Life Insurance.
"But due to power supply constraints expected in the summer, a full pickup in exports is unlikely until at least the end of this year. The Bank of Japan is likely to be prompted to ease its policy further in coming months."
POWER SUPPLY CONSTRAINTS
Exports fell 2.2 percent in March from a year earlier, more than a median forecast for a 1.5 percent annual fall. That marked the first decline in 16 months. Imports rose 11.9 percent from a year earlier against a forecast for a 6.0 percent annual rise, trade data issued by the Finance Ministry showed.
Exports of cars tumbled 27.8 percent from a year earlier, making the biggest contribution to the decline in overall exports. Semiconductors and electronics fell 6.9 percent from a year ago.
Among Japan's two major export destinations, shipments to China rose an annual 3.8 percent while shipments to the United States fell an annual 3.4 percent.
The trade balance came to a surplus of 196.5 billion yen, much less than the median estimate for a 493.6 billion yen surplus.
Japan is facing its worst crisis since World War Two after a 9.0 magnitude earthquake and a tsunami towering more than 10 meters battered its northeast coast on March 11, leaving nearly 28,000 dead or missing and triggering radiation leaks at a nuclear power plant.
Shortages of electricity and important parts that manufacturers need to make their goods point to the possibility of deep and long-running output disruptions from Japan that could also hobble factories elsewhere in the world.
Japan's economy is expected to contract in the current quarter but will grow again in July-September on reconstruction efforts, a Reuters poll showed. Some economists say gross domestic product may have contracted in January-March, meaning three straight quarters of contraction to June cannot be ruled out.
Subscribe to:
Posts (Atom)