title cover

title cover

Friday, November 16, 2012

Headline News 16.11.12


US & GLOBAL
Bursa global terkoreksi dalam 7 hari berturut‐turut pada hari Kamis setelah data menunjukkan ekonomi zona euro jatuh kedalam resesi di kuartal  ketiga  dan  adanya  kekhawairan  “tebing  fiskal”  AS,  sementara  harga  minyak  turun  meskipun  terjadi  kekerasan  di  Jalur  Gaza.  Rilis  buruk  data  ekonomi  telah  meminimalisasi  pengaruh  dari  kerusuhan  Timur  Tengah,  dimana  eskalasi  ketegangan  di  wilayah  tersebut  dapat  mengancam  terhambatnya pasokan minyak. Hamas menembakkan puluhan roket ke Israel selatan, menewaskan tiga orang, dan Israel meluncurkan banyak   serangan udara di seluruh Jalur Gaza. 

Harga minyak terkoreksi pada hari Kamis ketika sebuah kenaikan klaim pengangguran dan laporan laba perusahaan yang mengecewakan telah  menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi, dan pasar memusatkan perhatiannya di Timur Tengah. Kontrak Desember Brent yang  sudah  jatuh  tempo  dirilis  naik  $1.36  ke  $110.97  per  barel,  sedangkan  untuk  kontrak  Januari  turun  68  sen  ke  $107.80  per  barel.  Rilis  mengecewakan data ekonomi juga turut menekan saham dan minyak mentah AS yang turun 87 sen ke $85.45 per barel. 

Bursa saham AS mengalami tekanan dengan indeks S&P 500 terkoreksi untuk ketiga kalinya secara berturut‐turut setelah Wal‐Mart Stores Inc  <WMT.N>,  peritel  terbesar  dunia,  memberikan  laporan  penjualan  kuartalan  yang  mengecewakan.  Saham  juga  tertekan  oleh  kekhawatiran  masalah anggaran pemerintah AS dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi di tahun 2013. 

Dow Jones industrial average <.DJI> ditutup melemah 28.57 poin atau 0.23% di 12,542.38. Standard & Poor's 500 Index <.SPX> jatuh 2.16 poin  atau 0.16% ke 1,353.33. Sedangkan Nasdaq Composite Index <.IXIC> melemah 9.87 poin atau 0.35% di 2,836.94.  

Saham  Wal‐Mart  jatuh  3.6%  ke  $68.72 setelah  melaporkan penjualan kuartalan naik  3.4%,  di bawah  perkiraan  pasar,  menyusul  menurunnya  permintaan dari China dan Jepang, dan juga AS. 

Badai  Sandy  di  wilayah  Timur  Laut  AS  telah  memicu  naiknya  klaim  pengangguran  mingguan  ke  level  tertinggi  1‐1/2  tahun  di  pekan  lalu.  Menurunnya indeks bisnis The Fed untuk wilayah Mid‐Atlantic juga terimbas oleh Badai Sandy, yang telah menyebabkan padamnya listrik dan  masalah komunikasi. 

Di  Eropa,  bursa  saham  berakhir  melemah,  dengan  indeks  utama  menembus  level  terendah  2  bulan  pasca  rilis  data  ekonomi  yang  mengecewakan. Indeks FTSEurofirst 300 <.FTEU3> ditutup melemah 0.9% di 1,078.64, level terendahnya sejak awal September. 

Pertumbuhan  ekonomi  di  Jerman,  sebagai  negara  dengan  perekonomian  terbesar  di  zona  euro,  melambat  menjadi  0.2%  di  kuartal  ketiga  dibandingkan dengan periode kuartal sebelumnya, sementara untuk PDB zona euro menunjukkan kontraksi kedua kalinya secara berturut‐turut  yang  mengindikasikan  ekonomi  jatuh  kedalam  resesi.  PDB‐Q3  zona  euro  terkontraksi  0.1%  setelah  mencatat  kontraksi  0.2%  di  kuartal  kedua  sebelumnya, membuatnya tersungkur kedalam resesi keduanya sejak 2009. 

Bursa dunia mencatat kerugian dalam 7 hari berturut‐turut. Indeks ekuitas dunia MSCI turun 0.35% ke 317.54 dan saat ini mencatat turun lebih  dari 3% dalam bulan ini. 

Yen  anjlok  ke  level  terendahnya  terhadap  dolar  sejak  akhir  April  setelah  pemimpin  dari  partai  oposisi  utama  Jepang  meminta  untuk  memberlakukan suku bnga negatif, melemahkan daya tarik mata uangnya meskipun berstatus safe‐haven. Dolar menguat 1.16% ke 81.17 yen.  Euro  terapresiasi  ke  level  tertinggi  2  pekan  terhadap  yen  dan  juga  terhadap  dolar,  meskipun  kondisi  ekonomi  kawasan  terlihat  suram.  Euro  tercatat naik 0.32% di $1.2775. 

Sementara harga Treasury AS naik tipis dengan Treasury tenor 10 tahun naik 2/32 dengan yield di 1.589%. Sedangkan harga emas turun 0.7% ke  $1,713.99, sebagian karena rebound setelah menembus level terendah 1 pekan di $1,704.69.  

GOLD & COMMODITIES
Emas di pasar spot <XAU=> merosot lebih dari 1% ke level terendah selama sepekan Kamis kemarin mengikuti penurunan di bursa‐bursa saham,  namun masih dibayangi oleh isu fiscal cliff AS. 

Data membuktikan bahwa krisis hutang Eropa telah menghambat pertumbuhan ekonomi Eropa pada Q3 – yang Kamis kemarin menjadi faktor  penekan aset finansial global sejak sesi Eropa. 

Tekanan  emas  kemarin  juga  dipicu  oleh  berakhirnya  aksi  mogok  pekerja  tambang  di  Afrika  Selatan,  setelah  para  buruh  tambang  tersebut  mencapai kesepakatan dengan Anglo American Platinum Ltd – produsen logam mulia terkemuka dunia. 

Korelasi  searah  antara  bursa  saham  dan  pasar  emas  ini  dikomentari  oleh  Nic  Brown,  seorang  analis  dari  Natixis:  “You  get  periods  of  high  correlation between risky assets, and this seems to be happening now. There are times when gold is just another commodities.” 

Sementara terkait dengan fiscal cliff AS – pemangkasan anggaran dan kenaikan pajak yang akan efektif awal tahun 2013 jika Kongres AS tidak  mencapai kesepakatan atau proses negosiasi untuk solusinya berlarut‐larut – Nic Brown berpendapat bahwa itu akan mendorong kenaikan harga  emas kembali sebagai aset safe‐haven

Faktor geopolitik, yang saat ini kembali memanas di jalur Gaza menyusul serangan militer Israel ke kelompok militan Hamas Palestina, biasanya  memberikan  dampak  pada  harga  emas,  dipengaruhi  oleh  kenaikan  harga  minyak  yang  akan  mempengaruhi  inflasi  dan  kemudian  mendorong  perekonomian ke arah resesi. Jika isu geoplitik ini terus memburuk, pada gilirannya dapat mempengaruhi emas sebagai aset safe‐haven. Untuk  saat ini pengaruh tersebut, menurut Ole Hansen, VP di Saxo Bank, masih dibatasi karena penguatan dolar AS. 

Sebagai informasi, sebuah laporan dari World Gold Council (WGC) Kamis kemarin menunjukkan bahwa demand emas global merosot 11% pada  Q3 dari rekor tertingginya yang dicapai di kuartal yang sama tahun 2011 sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh merosotnya permintaan dari Cina  karena  perlambatan  ekonominya,  namun  masih  tingginya  permintaan  dari  India  –  pembeli  emas  terbesar  dunia  –  mampu  menghambat  penurunan lebih besar. 

Namun WGC memproyeksikan harga emas masih akan bertahan di atas levelnya saat ini karena pelonggaran moneter global (berupa pembelian  aset  pemerintah  di  negara‐negara  besar  dunia  oleh  masing‐masing  bank  sentralnya,  kekhawatiran  fiscal  cliff  AS  serta  peningkatan  demand  musiman emas di India dan Cina dalam beberapa bulan ke depan.


OIL & COMMODITIES
Harga minyak terkoreksi pada hari Kamis ketika sebuah kenaikan klaim pengangguran dan laporan laba perusahaan yang mengecewakan  telah menimbulkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi, dan pasar memusatkan perhatiannya di Timur Tengah. 

Tekanan muncul setelah data klaim pengangguran mingguan AS mencatat naik pekan lalu, merefelksikan dampak dari Badai Sandy di  bulan Oktober, yang juga melemahkan aktifitas ekonomi di wilayah Mid‐Atlantic. 

Data yang menunjukkan ekonomi zona euro kembali jatuh kedalam resesi kedua sejak 2009 di kuartal ketiga juga turut memberi tekanan  pada harga minyak. 

Hasil  mengecewakan  dari  Wal‐Mart  Stores  Inc  dan  kekhawatiran  terjadinya  “tebing  fiskal”  AS  juga  menekan  pasar  ekuitas  dan  pasar  minyak. 

Perdagangan  terlihat  fluktuatif,  dengan  harga  minyak  sempat  menguat  dengan  cepat  menyusul  kekerasan  antara  Israel  dan  Hamas  menarik perhatian pasar. Hamas menembakkan puluhan roket ke Israel selatan, menewaskan tiga orang, dan Israel meluncurkan banyak   serangan udara di seluruh Jalur Gaza. 

Sementara kejadian antara Israel dan wilayah Palestina tidak langsung mengancam pasokan, pasar minyak sensitif terhadap kekerasan di  Timur Tengah, yang menghasilkan sepertiga minyak dunia. Pedagang khawatir bahwa produsen Arab dapat terseret ke dalam konflik,  yang dapat mempengaruhi jalur suplai mereka. 

Kontrak Desember Brent yang sudah jatuh tempo dirilis naik $1.36 ke $110.97 per barel, sedangkan untuk kontrak Januari turun 68 sen  ke $107.80  per barel. Sementara untuk minyak mentah berjangka AS pengiriman Desember  turun 87 sen ke $85.45 per barel.  

EURO ZONE
EURUSD berlanjut bangkit dari level terendah selama 2 bulan, di sekitar 1.2662 yang dicapai Selasa lalu, menuju kembali ke areal 1.2800 di sesi AS semalam.  Para trader mengatakan kenaikan ini dipicu oleh aksi beli dari sejumlah korporasi Eropa. 

Rebound  EURUSD  nampaknya  masih  rentan  jika  melihat  lambannya  pertumbuhan  ekonomi  Q3  di  sejumlah  wilayah  Eropa  serta  uncertainty  terhadap  bantuan lanjutan ke Yunani dan Spanyol. 

Namun di sisi lain, menurut para analis pasar, investor justru khawatir untuk terus menekan (sell) euro dalam kapasitas besar karena kemungkinan langkah  kejutan dari otoritas Eropa untuk solusi krisis hutang regionalnya. 

Yang jelas akselerasi rebound EURUSD untuk menguji areal 1.2800 semalam terjadi setelah rilis pesimis data‐data ekonomi AS, seperti weekly jobless claims  dan Philadelphia Fed index, sebagai dampak dari terjangan badai topan Sandy beberapa waktu lalu. 


U.K.
Sterling melemah terhadap euro dan menguat dari level terendah 2 bulan terhadap dolar pada hari Kamis, namun pergerakannya terlihat rentan tekanan setelah data  ekonomi Inggris dirilis pesimis yang meningkatkan resiko dilanjutkannya stimulus. 

Sterling terakhir kali tercatat bergerak menguat 0.2%  di $1.5862, setelah tersungkur ke level intraday low di $1.5828, level terendahnya sejak 5 Oktober, setelah rilis  data penjualan ritel Inggris yang mengalami penurunan diluar dugaan. 

Namun sterling berpotensi kembali menguat terhadap dolar seiring dengan menguatnya euro menyusul minat terhadap aset beresiko meningkat setelah rilis lebih  baik dari perkiraan untuk data ekonomi Perancis dan Jerman. 

Data ekonomi menunjukkan penjualan ritel Inggris di bulan Oktober turun 0.8%, dibandingkan dengan ekspektasi pasar tidak terjadi perubahan (0.0%). Kondisi ini  telah menghapus kenaikan 0.6% di bulan September sebelumnya dan menggugurkan harapan adanya dukungan dari sektor belanja pada proses pemulihan ekonomi.  Kondisi ini juga menurunkan ekspektasi untuk GDP‐Q4 Inggris setelah di kuartal ketiga mencatat pertumbuhan positif. 

Prospek sterling terlihat masih suram seiring melemahnya perekonomian Inggris yang diprediksi hampir tidak mengalami pertumbuhan di kuartal keempat tahun ini  dan hanya mengalami ekspansi seidikit di atas 1% untuk tahun depan, berdasarkan jajak pendapat Reuters. 

Terhadap euro, sterling menembus level terendah 2 pekan. Euro menguat 0.2% di 0.8055 pound setelah mencatat intraday high di 0.8065 pound, yang merupakan  level tertingginya sejak 31 Oktober. Namun demikian, euro juga menghadapi resiko untuk terdepresiasi lebih lanjut jika krisis utang kawasan terus berkelanjutan dan  ekonomi zona euro terancam melemah lebih buruk dari Inggris. 


JAPAN
Akselerasi pelemahan yen berlanjut Kamis kemarin, ke level terlemahnya sejak April terhadap dolar AS dan  ke level terlemahnya selama 2 pekan atas euro (meskipun  data GDP Q3 Eropa kemarin mengindikasikan resesi kedua yang dialaminya sejak 2009), seiring berkembangnya dinamika politik Jepang sejak pernyataan Yoshihiko  Noda yang akan membubarkan parlemen Jepang Jumat ini dan akan mengadakan pemilu pada 16 Desember mendatang. 

Kamis kemarin oposisi (LDP) kembali menghimbau BoJ untuk terus melakukan pelonggaran moneter dalam rangka memenuhi target inflasi – sehingga meredam peran  safe‐haven yen di tengah uncertainty global saat ini.    

Shinzo Abe, ketua partai LDP yang kembali akan dicalonkan menjadi PM Jepang di pemilu darurat yang rencananya akan diselenggarakan Desember mendatang, Kamis  kemarin kembali menghimbau BoJ agar menerapkan kebijakan suku bunga di bawah 0% (sub‐zero) dan melawan penguatan yen. 

Dinamika politik Jepang, pembubaran parlemen dan pelaksanaan pemilu darurat Desember, yang akan mempengaruhi kebijakan ekonomi dan moneternya, potensial  masih akan memicu akselerasi pelemahan yen. Namun uncertainty pada solusi krisis hutang Eropa dan isu fiscal cliff AS yang masih membayangi pelaku pasar, dapat  menyebabkan rentannya pergerakan yen di sisa November dan di penghujung tahun 2012 ini.


AUSTRALIA
Aussie dollar tertekan ke level terendahnya untuk beberapa pekan menyusul para investor mulai memangkas posisi long (beli) mereka – namun masih relatif menguat  atas yen didorong oleh spekulasi pelonggaran moneter lebih lanjut di Jepang. 

AUDUSD tertekan ke level terendah selama 3 pekan di 1.0308 kemarin.  

Berlanjutnya  penurunan  bursa  saham  global,  lemahnya  data  tenaga  kerja  dan  indeks  sentiment  dari  wilayah  Philadelphia,  serta  data  yang  membuktikan  resesi  ekonomi akibat krisis hutang di wilayah Eropa, mendorong investor untuk melakukan penyesuaian portofolio dan menghindar dari Aussie dollar – sebagai salahsatu  aset high‐risk

Selain itu meningkatnya kekhawatiran terhadap fiscal cliff AS dan memanasnya konflik geopolitik di jalur Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestina, menjadi  faktor lainnya yang telah membayangi tekanan AUDUSD belakangan ini. 

Isu dalam negeri terbilang sedikit sekali yang bisa mempengaruhi pergerakan AUDUSD, dan investor dapat melakukan tekanan lebih besar untuk AUDUSD jika masih  cenderung fokus pada data ataupun peristiwa global yang akhir‐akhir ini menyebabkan aset‐aset beresiko menjadi dihindari kembali. 


SWISS
Franc  Swiss  bergerak  relatif  stabil  terhadap  euro  namun  berhasil  melanjutkan  penguatannya  terhadap  dolar  setelah  rilis  data  zona  euro  menunjukkan  ekonomi kawasan kembali jatuh kedalam resesi keduanya sejak 2009 di kuartal ketiga tahun ini, sementara kekhawatiran terhadap “tebing fiskal” AS telah  membebani sentimen pasar. 

Franc diperdagangkan di sekitar 1.2036 franc per euro, mendekati level tertinggi 10 pekan terhadap mata uang tunggal Eropa tersebut dalam pekan ini.  Sedangkan dolar tercatat melemah 0.25% terhadap franc setelah bergerak di sekitar 0.9425 franc dibandingkan penutupan New York hari Rabu. 

Ekonomi zona euro kembali mengalami resesi meskipun 2 negara kawasan yaitu Jerman dan Perancis menunjukkan pertumbuhan positif. Kedua negara  tersebut  mencatat  ekspansi  ekonomi  sebesar  0.2%  di  kuartal  ketiga.  Ekonomi  zona  euro  mencatat  kontraksi  0.1%  di  kuartal  ketiga  setelah  mencatat  kontraksi 0.2% di kuartal kedua sebelumnya.