title cover

title cover

Monday, April 22, 2013

Headline News 22.04.13


US & GLOBAL
Pasar ekuitas global dan harga minyak rebound pada hari Jumat lalu pasca mengalami tekanan jual dalam sepekan terakhir yang dipicu  oleh indikasi melambatnya pertumbuhan ekonomi global. 

Upaya  pencarian  dan  penangkapan  tersangka  dalam  pemboman  Marathon  Boston  setelah  tersangka  lainnya  tewas  tampaknya  tidak  berdampak pada harga, meskipun volume perdagangan mungkin telah sedikit tertekan. Boston adalah pusat keuangan utama AS. 

Harga minyak Brent stabil di atas $99 per barel selama kenaikannya dalam 2 hari perdagangannya, sementara bursa saham Wall Street  dan Eropa terapresiasi menyusul maraknya permintaan global. 

Di  awal  sesi  selama  perdagangan  pekan  kemarin,  saham  mengalami  koreksi  dipicu  suramnya  data  ekonomi  yang  dirilis  dan  anjloknya  harga komoditas. Indeks saham Eropa dan AS mencatat kinerja mingguan terburuknya tahun ini. S&P 500 ditutup di bawah MA50 pada  hari Kamis yang mengisyaratkan uptrend dalam jangka menengah berpotensi terhambat. Terakhir kali indeks ditutup di bawah MA50 pada  awal  Desember  silam.  Volume  perdagangan  terlihat  menurun  karena  adanya  tekanan  jual  dan  absennya  data  ekonomi  AS  pada  hari  Jumat.  

Despite the sell‐off, the S&P is still up about 9 percent for the year and the pullback could lead investors to re‐evaluate their positions.  Unless there's a shock to the system, investors will move back into the market as we head through earnings season, but now investors have  an opportunity to study the winners and losers more closely, said Michael Sheldon, chief market strategist at RD Financial in Westport,  Connecticut.  

Marquee tech telah mendorong pasar dan memicu naiknya Nasdaq lebih dari 1%, sehari setelah Google Inc <Googol> dan Microsoft Corp  <MSFT.O> membukukan perolehan laba yang kuat. Google ditutup di sekitar $800 per saham. 

Dow Industrials secara umum melemah selama perdagangan akhir pekan kemarin, dipicu perolehan laba yang kurang memuaskan dari  International Business Machines Corp <IBM.N>. Tiga broker memangkas target harga untuk saham perusahaan tersebut, dimana saham  turun 8,3% ke $190,00 dan memberi tekanan kuat pada Dow yang mana Dow akhirnya berhasil ditutup naik di akhir sesi. 

Dow Jones industrial average <.DJI> ditutup naik 10,37 poin atau 0,07% di 14547,51. Sedangkan Standard & Poor's 500 Index <.SPX> naik  13,64 poin atau 0,88% di 1555,25. Sementara Nasdaq Composite Index <.IXIC> bertambah 39,69 poin atau 1,25% di 3206,06.   

MSCI's all‐country world equity index <.MIWD00000PUS>, yang mendata 9000 saham di 45 negara, naik 0,6% ke 355,94. Dalam sepekan  kemarin, indeks membukukan prosentase penurunan terbesarnya sejak Juni.  

Di Eropa, FTSEurofirst 300 <.FTEU3> naik 0,5% untuk ditutup di 1153,19. Indeks tercatat melemah 2,4% selama sepekan kemarin, dipicu  buruknya data ekonomi Jerman, demikian juga dengan data ekonomi AS. 

Dolar  melanjutkan  penguatannya  terhadap  yen  setelah  petinggi  Jepang  di  Washington  mengatakan  komunitas  global  memahami  kebijakan moneter yang diterapkan pemerintah Jepang yang semata‐mata ditujukan untuk menstabilkan perekonomian dan bukan untuk  memanipulasi nilai tukar. Euro menguat ke level intraday high terhadap dolar setelah anggota ECB Jensen Weidman mengatakan suku  bunga di Eropa masih sesuai. Euro kemudian memangkas keuntungannya. Dolar naik 1,44% ke 99,54 yen, mendekati level puncak 4 tahun  di 99,95 yen yang dicapai pekan sebelumnya. Sementara terhadap dolar, euro bergerak relatif stabil di sekitar $1,3048. 

Naiknya bursa saham telah mendorong naiknya harga minyak, dengan Brent naik di atas $100 per barel. Namun kekhawatiran mengenai  permintaan global dan oversupply telah membatasi rebound. Brent crude <LCOc1> naik 52 sen dan ditutup di $99,65 per barel, sedangkan  U.S. crude <CLc1> naik 28 sen ke $88,01 per barel. 

Treasury AS tenor 10 tahun turun 6/32 dengan yield di 1,7049 persen. 

Emas naik dipicu oleh maraknya physical buying pada hari Jumat meskipun terlihat masih terhambat setelah dalam sepekan kemarin emas  masih melemah lebih dari 5% pasca mencatat koreksi harian tertajamnya pada hari Senin (15/04). Emas naik 0,6% ke $1398,96 per ons  setelah  mencatat intraday high  di $1424,51. Emas  mendapat  support  setelah  Fitch  Ratings  menjadi lembaga  internasional  kedua  yang  memangkas peringkat kredit teratas Inggris menjadi AA‐plus dari AAA, mengutip melemahnya prospek ekonomi dan fiskal. 


GOLD & COMMODITIES
Emas  naik  pada  pembelian  fisik  Jumat  lalu,  gagal  untuk  menahan  penurunan  tajam  pada  awalnya,  karena  emas  telah  mencatatkan  penurunan tajamnya untuk rangkaian dua minggunya pada likuidasi investor yang mendorong kekecewaan bulanan berkenaan dengan  kinerjanya 

Logam mulia merosot lebih dari 5 persen minggu ini setelah mencatatkan penurunan harian terbesarnya yang pernah ada dalam formasi  dollar  Senin  lalu,  anjloknya  emas  ditangkap  oleh  banyaknya  investor  veteran,  yang  mana  melihat  emas  sebagai  proteksi  portofolio  terhadap inflasi dan resiko pasar lainnya, dengan mengejutkan. 

"With the significant move to the downside, gold is rebounding off its low on a pick‐up in physical demand and short‐covering," kata David  Meger, director of metals trading pada Vision Financial Markets.  


OIL & COMMODITIES
Brent crude mampu bertahan di areal kunci $100/barel selama 2 hari perdagangan berturut‐turut di akhir pekan – menghentikan tekanan besarnya yang  telah berlangsung dalam 6 hari perdagangan beruntun sebelumnya akibat kondisi technical yang sudah jenuh jual (oversold). Sementara Crude oil AS, yang  tertekan dalam 4 dari 5 hari perdagangan terakhir, juga turut bertahan di atas areal $88an/barel dalam 2 hari perdagangan beruntun. 

Harga Brent crude <LCOc1> tertekan tajam ke level terendah sejak Juli 2012, di $96.75/barel di awal pekan lalu, dari level $103 Jumat 2 pekan sebelumnya.  sementara crude oil AS kembali menguji ke bawah level $86/barel setelah upaya rebound tertahan di areal $89 kemarin. 

Harga crude oil <CLc1> tertekan hingga level terendah sejak Desember 2012, di $85.67/barel Kamis pekan lalu, dari level $90 2 pekan sebelumnya. 

Pemangkasan prospek demand minyak global oleh sejumlah lembaga energi global, menyusul krisis kredit Eropa serta lemahnya data‐data ekonomi AS dan  Cina.  Dan  di  pekan  kemarin  data‐data  seperti  GDP  Q1  Cina  di  level  7.7%  turun  dari  7.9%  periode  sebelumnya  dan  peningkatan  claim  pengangguran  mingguan AS memperkuat kekhawatiran lemahnya data ekonomi 2 negara konsumen minyak terbesar dunia tersebut. 

Sejumlah pengamat mengatakan bahwa kenaikan harga minyak di akhir pekan kemarin, dari tekanan tajamnya, jangan dulu dianggap sebagai suatu yang  akan  berkelanjutan,  mengingat  kenaikan  tersebut  lebih  dipicu  hanya  pada  kondisi  tekanan  yang  sudah  demikian  besar  hingga  menyebabkan  kondisi  technical yang oversold

Jika  melihat  kondisi/alasan  dari  penurunan  tajam  minyak  tersebut  berasal  dari  kekhawatiran  terhadap  lemahnya  prospek  ekonomi  AS  dan  Cina,  maka  perbaikan data‐data mereka lah yang seharusnya dapat mendorong kembali kebangkitan harga minyak. Selain itu, di saat tekanan minyak saat ini, perlu  diwaspadai  reaksi  dari  anggota  OPEC  karena  Harga  Brent  crude  oil  di  bawah  $100/barel  dirasa  menyulitkan  sejumlah  anggota  OPEC  untuk  membiayai  pengeluaran  masing‐masing  yang  didanai  dari  pendapatan  dari  minyak.  Hal  ini  potensial  mengundang  langkah  pengurangan  pasokan  maupun  produksi  minyak dari anggota OPEC yang akan membatasi tekanan lebih lanjut, atau mungkin bisa mendukung rebound

OPEC akan bersidang pada 31 Mei 2013 mendatang, dan sikap delegasi OPEC akhir‐akhir ini terhadap penurunan harga minyak dunia nampaknya tidak akan  memicu pertemuan darurat menjelang jadwal pertemuan Mei tersebut. Kemarin pihak Venezuela, salah anggota OPEC, mengatakan bahwa para menteri‐ menteri OPEC tengah berkonsultasi mengenai perlunya pertemuan darurat sebagai reaksi dari penurunan harga minyak akhir‐akhir ini. 

EURO ZONE
Zona euro akan melambat dalam pengetatan anggaran untuk membantu menyegarkan pertumbuhan ekonomi, seorang pejabat Uni Eropa Kamis sebelumnya, yang menyoroti  perubahan kebijakan AS yang telah lama menekan.  

"They are preaching to the converted," EU Economic and Monetary Affairs Commissioner Olli Rehn mengatakan pada Reuters.  

Langkah dari pengetatan fiskal diseluruh dunia ditetapkan untuk mendominasi pembicaraan oleh para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari Group of 20 (G20) negara  maju dan ekonomi berkembang, yang bertemu Kamis sebelumnya dan kemudian Jumatnya di Washington 

Perwakilan Jerman dari dewan eksekutif European Central Bank memaksa pemerintah Jumat lalu untuk menekan kedepannya dengan rencana Eropa pada banking union untuk  memperkuat sistem keuangan dan menghindari krisis masa yang akan datang.  

Keberhasilan Spanyol dalam menaikkan dana dari pasar dalam beberapa minggu telah menyebabkan jauh lebih sedikit ekonom yang mengharapkan perlunya sovereign bailout,  sebuah polling Reuters menunjukkannya.  

Hanya tujuh dari 49 responden yangmengatakan Spanyol akan membutuhkan bantuan, turun tajam dari 16 yang keluar dari 48 yang mengatakan akan dilakukan pada 27 Maret  pada polling.  

Slovenia, diekspektasi untuk beralih pada Uni Eropa dan International Monetary Fund. Dua puluh enam ekonom mengatakan akan membutuhkan bailout, dibandingkan dengan 16  dalam polling awalnya. 


U.K.
Sterling jatuh terhadap dolar pada hari Jumat setelah Fitch Ratings menjadi lembaga internasional kedua untuk memangkas peringkat kredit teratas Inggris  menjadi AA‐plus dari AAA, mengutip melemahnya prospek ekonomi dan fiskal. 

Sterling merosot 0,3% ke $1,5238, dibandingkan sekitar $1,5250 sebelum pengumuman Fitch. 

Langkah Fitch  ini adalah sebuah tamparan bagi pemerintah  Konservatif  Inggris yang  berjanji  untuk memangkas defisit dan  melindungi peringkat  negara  ketika mengambil alih kekuasaan pada tahun 2010. 

Moody's adalah instansi pertama yang men‐downgrade Inggris pada bulan Februari, dan Standard & Poor's mengatakan setidaknya satu dari tiga peluang  pihaknya akan mengikuti langkah Moody's. 


JAPAN
Mata uang global, terutama dollar dan euro, bangkit signifikan terhadap yen Jumat kemarin setelah pertemuan menteri‐menteri keuangan dan petinggi bank sentral  negara G20, bersama IMF dan Bank Dunia, tidak menentang langkah stimulus moneter agresif Jepang yang dilakukan BoJ baru‐baru ini – karena lebih bertujuan untuk  meredam deflasi daripada melemahkan mata uangnya. 

Para investor institusi dikabarkan kembali melakukan aksi beli USDJPY, sehingga mengembangkan prospek bahwa USDJPY akan menembus level psikologis 100 dalam  beberapa hari ke depan.  

Pada 11 April 2013 lalu, atau beberapa hari setelah putusan agresif BoJ, USDJPY melonjak hingga 99.94 sebelum kemudian terkoreksi hingga 95.96 pada awal pekan  lalu mengantisipasi pertemuan G20. EURJPY mampu bangkit kembali meskipun masih sulit mengatasi level 130, dari tekanannya di 125.05 pekan lalu. April berjalan  ini EURJPY merosot tajam dari level 131.11 (11/April) mengantisipasi pertemuan G20, yang sebelumnya dikhawatirkan akan mengkritik keras putusan agresif BoJ.   

Namun potensi pemangkasan suku bunga oleh ECB, sebagaimana dikomentari oleh anggota dewan moneter ECB, Jens Weidmann, pekan lalu, serta berkembangnya  kekhawatiran terhadap prospek ekonomi AS, perlu diwaspadai bisa memicu fluktuatif/volatilitas perdagangan USDJPY serta EURJPY – jika tidak boleh dikatakan akan  menghambat kenaikan mereka. 


SWISS
Dolar AS dan euro menguat 1,5 persen terhadap yen pada hari Jumat setelah Jepang mengatakan Kelompok 20 negara (G20) tidak menentang pelonggaran  moneter yang agresif yang ditujukan untuk mengatasi deflasi daripada untuk melemahkan mata uangnya. 

Menteri Keuangan Jepang Taro Aso mengatakan "Jepang menjelaskan bahwa kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai stabilitas harga dan pemulihan  ekonomi, dan karena itu sesuai dengan kesepakatan G20 pada bulan Februari." 

Kondisi ini telah memicu rebound dolar terhadap franc Swiss dan terakhir tercatat bergerak di sekitar 0,9340 franc, atau naik 0,2% dibandingkan penutupan  New York hari Kamis. 

Adapun data ekonomi Swiss yang akan dicermati pasar pekan ini adalah data perdagangan periode Maret yang akan dirilis hari Selasa. Ekspor nampaknya  akan menerima tekanan akibat penguatan franc sebesar 0,5% terhadap euro selama bulan Maret.