US & GLOBAL
• Indeks S&P500 berhasil mencapai level penutupan tertinggi dalam kurun 29‐bulan terakhir ditopang kenaikan saham‐saham sektor teknologi dan komoditas, investor
cenderung mengabaikan hasil sidang The Fed. Pasar saham tidak bereaksi terhadap hasil sidang The Fed, yang mengatakan tingginya angka pengangguran masih akan
melandasi pemberlakuan program pembelian obligasi senilai 600 miliar USD yang telah membantu rally saham dalam beberapa bulan terakhir. Sementara itu kuatnya
rilis earning korporasi terus mendukung kenaikan bursa. Data terakhir yang dilansir Thomson Reuters menunjukkan 69% dari 144 perusahaan yang terangkum dalam
indeks S&P500 yang telah melaporkan earning sejauh ini melebihi perkiraan sebelumnya. Indeks Dow Jones <. DJI> naik tipis 8,25 poin atau 0,07% ke 11,985.44, indeks
S&P500 <SPX.> naik 5,45 poin atau 0,42% ke 1,296.63 dan Nasdaq <. IXIC> naik 20,25poin atau 0,74% ke 2,739.50. Dow Jones naik diatas level psikologis penting
12.000 untuk pertama kalinya sejak bulan Juni 2008, meskipun akhirnya ditutup sedikit lebih rendah terbebani rilis earning Boeing Co. yang dibawah perkiraan.
• Dollar AS melemah pada sesi Rabu 26 Januari dan potensial terus melanjutkan pelemahannya hingga akhir pekan ini menyusul hasil sidang The fed yang memutuskan
untuk mempertahankan suku bunga rendah dan memberikan penilaian yang kurang optimis mengenai ekonomi AS dan menjamin berlanjutnya program pembelian
obligasi hingga Juni mendatang. Dollar AS juga sempat melemah terhadap yen setelah pernyataan Fed tersebut, turun ke level 82,20 dari 82,50 sebelumnya, namun
berhasil rebound menyusul kenaikan imbal hasil obligasi AS. Dalam rilis resminya, The Fed, yang dengan suara bulat mempertahankan suku bunga dilevel terendahnya,
menyatakan pemulihan ekonomi memang terus berlangsung meskipun belum secara signifikan berdampak pada perbaikan sektor ketenagakerjaan, dan hal tersebut
yang melandasi The Fed untuk meneruskan program pembelian aset senilai 600 miliar USD.
• The Fed juga menggarisbawahi tekanan harga sebagai dampak dari meningkatnya harga komoditas namun mengatakan tekanan inflasi yang masih "cukup rendah".
Hal ini sangat berbeda dengan pandangan ECB yang memandang kenaikan tajam harga komoditas baru‐baru ini menimbulkan ancaman bagi inflasi di kawasan itu.
Hingga akhir sesi New York, indeks dolar ICE Futures turun 0,3% menjadi 77,75 <DXY.>. Euro ditutup menguat tipis 0.07% ke 1,3699 <EUR=> setelah mencapai level
tertinggi di 1,3723.
• Harga emas dunia ditutup menguat 0.8% ke level 1345.00 USD per troy ounce terdongkrak hasil sidang The Fed yang menaikkan minat beli terhadap aset‐aset safe
haven termasuk emas. Kinerja emas berhasil menutupi pelemahan tajam dalam beberapa sesi sebelumnya, dimana sempat mencapai level terendah dalam kurun 3‐
bulan terakhir pada sesi Selasa 25‐Januari.
• Harga minyak mentah AS berhasil menguat diatas 87 USD per barel dtopang pidato Obama yang menyerukan pemangkasan pajak korporasi yang kemudian
mendorong ekspektasi meningkatnya keuntungan dan naiknya permintaan pada energi. Investor mengabaikan data stok minyak mentah AS yang melonjak hampir 5
juta barel pekan lalu, lebih dari yang diperkirakan. Minyak mentah AS untuk pengiriman Maret <CLH1> naik 1,32 USD lebih tinggi, atau 1,32% ke 87,33 USD per barel.
• Outlook (Kamis, 27/Jan./2011): Bursa saham Asia diperkirakan akan dibuka beragam dan investor cenderung berhati‐hati seiring pasar ekuitas AS yang tidak berreaksi
terhadap rilis sidang The Fed, dan masih terfokus pada hasil rilis earning korporasi, dimana akan rilis sejumlah laporan keuangan dari perusahaan besar seperti
Microsoft, Motorola, P&G, Caterpillar, AT&T dan Verisign. Pada sesi ini pelaku pasar akan kembali mengamati dengan seksama perkembangan sektor ketenagakerjaan
AS yaitu data jobless claims dimana sektor ketenagakerjaan dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan sedikit perbaikan, meskipun untuk data jobless claims pada
pekan lalu diperkirakan naik menjadi 410K.
No comments:
Post a Comment