US & GLOBAL
• Indeks saham S&P500 membukukan performa mingguan terbaik dalam 9‐pekan terakhir dan meningkatkan minat beli pada saham‐saham defensif
meskipun masih terdapat kekhawatiran pada perkembangan kondisi Mesir. Tanda‐tanda pemulihan ekonomi dan earning korporasi yang membaik telah
mendorong peforma bursa dalam sepekan terakhir meskipun volume perdagangan yang rendah dan performa saham‐saham unggulan yang kurang
menggembirakan sedikit meredakan minat beli investor. Data sektor ketenagakerjaan bulan Januari tidak berdampak signifikan pada pergerakan bursa
karena penciptaan lapangan kerja masih rendah namun disisi lain tingkat pengangguran turun tajam. Indeks saham Dow Jones <. DJI> naik 0,25% ke
12,092.15, S&P500 <. SPX> menguat 0,29% ke 1,310.87 dan Nasdaq <. IXIC> naik 0,56% ke 2,769.30. Dalam sepekan terakhir, Dow Jones naik 2,3%, S&P500
naik 2,7% dan Nasdaq naik 3,1%.
• Dollar AS berhasil menguat terhadap euro didukung oleh naiknya imbal hasil Treasury AS menyusul turunnya tingkat pengangguran AS yang semakin
mempercerah prospek pemulihan ekonomi AS. Euro turun kelevel terendah 1.3543 setelah sempat sempat mencapai level tertinggi 3‐bulan di 1,3862.
Hingga akhir sesi New York, euro tercatat turun 0,3% ke 1.3585 <EUR=>. Ekspektasi kenaikan suku bunga ECB yang akan mendahului The Fed telah berhasil
mengangkat performa euro terhadap dollar AS hingga 8% sejak mencapai level terendah 4‐bulan di 1,29 pada 10 Januari silam. Namun demikian Presiden
ECB Jean‐Claude Trichet dengan pernyataannya yang menegaskan inflasi zona euro masih cukup terkendali mulai meredam potensi kenaikan suku bunga
dalam waktu dekat.
• Turunnya tingkat pengangguran AS pada Januari yang saat ini mencapai 9% dari total angkatan kerja AS jauh lebih rendah dari data Desember 9.4%,
mendorong kenaikan imbal hasil obligasi AS dan menguatkan prediksi investor akan kenaikan suku bunga AS setidaknya pada akhir tahun ini. Dollar AS
tercatat menguat 0,7% persen terhadap yen ke 82.18 <JPY=> dan menguat 1% terhadap Swiss franc ke 0,9545 franc <CHF=>. Namun demikian The Fed
masih tetap dovish dan Ben Bernanke pekan lalu menegaskan bahwa pemulihan ekonomi masih rentan dan memerlukan bantuan bank sentral.
• Harga emas turun pada sesi Jumat 04 Februari tertekan kenaikan kurs dollar AS dan minimnya minat beli investor pada aset safe haven menyusul rumor
kepastian mundurnya Presiden Mesir Hosni Mubarak. Harga spot emas <XAU=> turun 0,3% ke 1,348.59 USD per troy ounce. Dalam sepekan terakhir emas
mencatat kenaikan mingguan pertama dalam tahun 2011 ini dikuatkan oleh proyeksi kebijakan moneter The Fed yang masih cukup akomodatif dalam
beberapa waktu kedepan.
• Harga minyak dunia turun hampir 2% menyusul meningkatnya spekulasi kemunduran Presiden Hosni Mubarak yang memicu aksi ambil untug pelaku pasar.
Di London, minyak mentah ICE Brent untuk pengiriman Maret <LCOc1> turun 1,93 USD ke level 99,83 USD dari intraday high di 102,48 USD. Sementara
crude oil AS untuk pengiriman Maret <CLc1> turun 1,51 USD di 89,03 USD per barel.
• Ketegangan di kawasan Timur Tengah memunculkan ancaman terbaru bagi pemulihan ekonomi global yaitu meningkatnya tekanan inflasi. Harga minyak
Brent London sempat mencapai level 103.37 USD per barel yang merupakan level tertinggi sejak September 2008 dan harga bahan pangan dunia
berdasarkan FAO untuk Januari dilaporkan terus beranjak naik, kondisi mana diperburuk oleh badai salju ekstrim di Amerika dan banjir bandang di Australia.
JP Morgan memperkirakan jika harga minyak terus menguat hingga 10% maka kondisi tersebut akan memangkas GDP global sebesar 0.25%.
• Meningkatnya tekanan inflasi telah menjadi perhatian para pengambil keputusan dimana salah satunya adalah ECB yang memperkirakan tekanan inflasi
akan terus menguat setelah inflasi pada Januari naik ke 2.4% yang merupakan level tertinggi sejak 15‐bulan terakhir. Inggris juga menghadapi tekanan inflasi
paling tinggi sejak 8‐bulan terakhir ketika pada Desember tercatat naik 3.7% jauh melebihi target BoE yang hanya 2%.
No comments:
Post a Comment