US & GLOBAL
• Bursa saham AS melemah secara luas dimana investor terkemuka disebut‐sebut mulai melakukan aksi ambil untung ditengah kekuatan rally bursa ke level tertinggi dalam kurun 2
1/2 tahun terakhir yang tidak mendapat dukungan dari volume perdagangan. Saham‐saham energi dan bahan material dasar memimpin penurunan bursa dalam indeks S&P500
yang mencatatkan diri sebagai performa terburuk harian sejak 28 Januari silam. Data penjualan ritel AS semakin menaikkan keraguan akan perbaikan tingkat belanja konsumen
Amerika yang merupakan bagian penting dari pemulihan ekonomi. Indeks Dow Jones <. DJI> turun 41,55 poin atau 0,34% ke 12,226.64, S&P500 <. SPX> turun 4,31 poin atau
0,32% ke 1,328.01 dan Nasdaq <. IXIC> turun 12,83 poin atau 0,46% ke 2,804.35.
• Sementara itu dollar AS naik terhadap yen ke level tertinggi dalam 8‐pekan terakhir didorong oleh meningkatnya imbal hasil obligasi AS dengan prospek kenaikan lebih lanjut
dengan pasar obligasi yang masih terus menyoroti kenaikan inflasi. Kenaikan ini tercatat sebagai performa positif dollar AS terhadap yen dalam 9 sesi dari 10 sesi terakhir dimana
tercatat menguat lebih dari 2% sepanjang Februari. Imbal hasil obligasi AS dengan tenor 2‐tahun telah meningkat lebih dari 20 basis poin sejak 1 Februari terdorong oleh
ekspektasi inflasi di tengah pemulihan perekonomian AS. Kondisi tersebut telah meningkatkan daya tarik terhadap aset berdenominasi dollar khususnya terhadap mata uang
dengan imbal hasil rendah lainnya termasuk yen. Dollar terhadap yen merupakan pasangan mata uang yang paling sensitif terhadap perubahan imbal hasil obligasi AS karena
kedua mata uang tersebut saling bersaing untuk menjadi unit pembiayaan yang paling diinginkan pasar. Setiap pergeseran dalam kurva imbal hasil obligasi atau ekspektasi suku
bunga bank sentral akan memiliki dampak signifikan pada kedua mata uang tersebut. Hingga akhir sesi New York, dollar AS tercatat menguat 0,7% terhadap yen, setelah sempat
mencapai level tertinggi sejak 8‐pekan terakhir ke 83,91 <JPY=EBS>.
• Pada saat yang sama, euro mengungguli dolar untuk pertama kalinya dalam 4‐sesi terakhir, namun keberlanjutan dari rally euro cukup diragukan oleh sementara analis berhubung
sinyal teknikal yang cenderung melemah. Euro tercatat menguat 0.3% terhadap dollar AS <EUR=> ke 1,3517, sedangkan sterling berhasil menguat 0.6% terhadap dollar ke 1.6128
<GBP=> terdorong meningkatnya inflasi Inggris yang melebihi target BoE.
• Harga emas naik ke level tertinggi dalam 4‐pekan terakhir seiring meningkatnya ekspektasi inflasi global dan menurunnya prospek kenaikan suku bunga Cina yang memicu
technical breakout pada emas. Minat investor pada emas kembali mengemuka setelah manajer hedge fund terkemuka seperti John Paulson dan George Soros tercatat
memperbesar jumlah investasi mereka pada emas sejak kuartal keempat 2010 lalu. Harga spot emas <XAU=> naik 0,9% ke 1,374.20 USD per troy ounce, setelah sebelumnya
mencapai empat minggu tinggi di 1,376.50 USD per troy ounce.
• Harga minyak Brent turun lebih dari 1% dalam sesi perdagangan yang volatile terdesak rilis data Retail Sales AS yang mengecewakan dan kekhawatiran akan turunnya permintaan
dari China sebagai konsumen energi terbesar kedua dunia. Harga minyak mentah AS kembali melemah menghadapi rilis laporan cadangan minyak AS yang diperkirakan masih
mengalami kenaikan. Minyak mentah Brent London untuk pengiriman April <LCOc1> turun 1,44 USD ke 101,64 USD per barel sedangkan minyak mentah crude AS untuk
pengiriman Maret <CLc1> turun 49 sen ke 84,32 USD per barel.
No comments:
Post a Comment