US & GLOBAL
• Bursa saham Wall Street ditutup beragam dalam sesi perdagangan yang cukup volatile, memperlihatkan masih tingginya gairah pelaku pasar mendukung berlanjutnya penguatan saham‐saham
di bursa. Indeks S&P500 bangkit dari posisi terendahnya pada awal perdagangan dipicu oleh keprihatinan mendalam bahwa minyak yang lebih tinggi dapat menghambat laju kegiatan ekonomi.
Saham‐saham di bursa sempat mencapai level terendahnya terdesak kenaikan tajam harga minyak dunia yang mendekati 120 USD per barel akibat kekacauan di Libya. Indeks Dow Jones <.DJI>
turun 37,28 poin atau 0,31% ke 12,068.50, S&P500 <. SPX> turun 1,30 poin atau 0,10% ke 1,306.10 dan Nasdaq <. IXIC> naik 14,91 poin atau 0,55% ke 2,737.90.
• Swiss franc melambung ke rekor tertinggi terhadap dollar AS, yen juga menguat secara luas terhadap mata uang utama dunia lainnya seiring masih tingginya kekhawatiran akan kondisi Libya
yang dikhawatirkan merebak ke negara lain di kawasan produsen minyak tersebut. Kondisi mana meningkatkan minat investor terhadap aset safe haven terutama Swiss franc dan yen. Dollar
AS melemah, tertekan kenaikan harga minyak dunia yang memicu kekhawatiran tentang dampaknya terhadap consumer spending AS. Selain itu, ekspektasi bahwa The Fed masih akan
menahan kenaikan suku bunga lebih lama dari bank sentral utama dunia lainnya juga turun menekan dollar AS. Swiss franc diperkirakan masih akan menanngguk keuntungan dari eskalasi
geopolitik di Timur Tengah dan Afrika Utara. Sementara itu penguatan yen diperkirakan akan terbatas, antara lain dikarenakan ekonomi Jepang yang rentan terhadap harga minyak yang tinggi
dan risiko intervensi mata uang oleh pejabat Jepang untuk melindungi ekspor. Dollar AS merosot 0.8% ke 0.9256 setelah sempat anjlok hingga 0.9234 <CHF=>. Euro turun ke 0.4% ke 1,2773
franc <EURCHF=>, setelah sempat anjlok hingga 1.2706 yang merupakan level terendah sejak 13 Januari.
• Harga minyak mentah Brent <LCOc1> melompat ke level tertinggi sejak Agustus 2008 terdorong kekhawatiran merebaknya kerusuhan geopolitik Timur Tengah dan Afrika Utara yang telah
memangkas produksi minyak Libya setidaknya 25% dari total produksi regulernya. Secara historis, kenaikan harga minyak cenderung menyebabkan pelemahan dollar AS seiring kenaikan harga
energi yang menyebabkan konsumen mengurangi belanja (spending di AS menyumbang sekitar 2/3 dari ekonomi). Sementara itu komentar hawkish terbaru dari pejabat ECB telah
meningkatkan harapan kenaikan suku bunga zona euro, setelah pejabat ECB ‐ Axel Weber mengatakan bahwa satu‐satunya arah bagi suku bunga zona euro adalah dengan kenaikan. Euro
mencapai level tertinggi dalam kurun 3‐pekan terakhir di 1,3822 dan ditutup menguat 0.3% ke 1.3789 <EUR=>. Terhadap the basket of currencies, dollar AS merosot <DXY.> mencapai titik
terendah dalam tiga minggu di 76,991. Dollar AS juga melemah 0,9% ke 81,79 yen <JPY=>, setelah sempat anjlok hingga 81,62, yang merupakan level terendah sejak 4 Februari.
• Harga emas ditutup dibawah level 1.400 USD per troy ounce menyusul turunnya minat investor pada aset safe haven terpengaruh meredanya rally harga minayk setelah Arab Saudi dikabarkan
dalam pembicaraan untuk meningkatkan produksi minyak dan adanya rumor bahwa pemimpin Libya Muammar Gaddafi telah tertembak. Harga spot emas <XAU=> turun 0,5% ke 1,404.40 USD
per troy ounce. Emas tercatat mengalami penguatan 7% sejak akhir Januari terdongkrak kerusuhan di Mesir dan Tunisia yang menaikkan minat pada aset safe haven.
• Harga minyak Brent sempat mencapai level tertinggi dalam kurun 2‐1/2 tahun terakhir mendekati level 120 USD per barel, meski akhirnya sedikit melemah akibat rumor bahwa Muammar
Gaddafi telah tertembak dan adanya jaminan bahwa Arab Saudi dapat mengatasi gangguan pasokan Libya. Harga minyak Brent <LCOc1> mencapai $ 119,79 USD per barel ‐ level tertinggi sejak
Agustus 2008 ‐ namun sempat turun ke 110,51 USD per barel, menjadikan perdagangan hari Kamis 24 Februari sebagai sesi perdagangan dengan kisaran terlebar sejak September 2008. Brent
ditutup menguat 11 sen ke 111,36 USD per barel. Harga minyak mentah AS <CLc1> turun 82 sen ke 97,28 USD per barel, setelah menyentuh level tertinggi sejak September 2008 di 103,41 USD
per barel.
No comments:
Post a Comment